Lompat ke isi

Halaman:Sarinah.pdf/60

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

itu pula, semua pendidikan yang dikasihkan kepada gadis- gadis adalah ditujukan kepada hal yang satu ini. Dan apakah sifat-sifat perempuan yang kini disenangi oleh laki-laki? Tak lain dan tak bukan sifat-sifat yang menetapkan perempuan itu di dalam perhambaan; ia tak perlu pintar, tetapi ia harus tenang, harus menurut, harus taat, harus merendah, harus sabar, harus sedia berkurban, harus halus suara, harus benci kepada dunia luaran, harus cinta rumah tangga saja. Perempuan harus cantik, tetapi kecantikannya itu harus lain lagi dari kecantikan Srikandi yang sigap dan tangkas, atau lain lagi dari kecantikan Brunhilde yang laksana kecantikan singa betina, melainkan haruslah kecantikan jelita, halus. seperti sutera, harus “tunduk mata”, ramping badan, jatmika, seperti kecantikan bunga melati. Pendek kata, idam-idaman kaum laki-laki adalah orang perempuan yang cukup memuaskan kebirahiannya tetapi harus “halus” dan “lemah lembut", yang sesuai dengan status perhambaan dan ketaatan. Jadi yang sama sekali bertentangan benar dengan sifat-sifat yang ia senang melihat kepada kaum laki-laki sendiri: Laki-laki harus kuat, harus berani, harus besar. badan, harus dinamis, harus bersuara sebagai guntur, harus suka berjoang mati-matian, tetapi perempuan harus kebalikannya sama sekali daripada itu. Ia harus lemah, harus, merasa dirinya lemah, perlu mohon tolong dari orang laki-laki, mohon per-lindungan, mohon hidup dari orang laki-laki. Orang perempuan yang demikian ini, orang laki-laki sedia menganggapnya sebagai bidadari atau dewi; buat orang perempuan yang demikian ini orang laki-laki bersedia berkurban dan berjoang. Di Eropa sebagai salah satu akibat anggapan ini timbullah ridderisme, ridderisme, yang menganggap perempuan itu sebagai satu makhluk jelita yang musti dihormati setinggi langit dan diperlindungi. Pada kulitnya sahaja ridderisme ini seperti mengangkat tinggi kepada perempuan, tetapi sebenarnya ridderisme itu adalah justru memandang perempuan itu sebagai makhluk yang sangat lemah, yang selalu harus ditolong. Tidakkah "kegentlemanan" zaman sekarang ini, yang bersemboyan "kehormatan bagi para

wanita", pada hakekatnya berbatin juga menganggap lemah kepada perempuan itu?

60