Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/733

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sewaktu djaman Federaal di Daerah N.S.T. hanja terdapat seorang dokter gigi di Medan, sedang di Atjeh dan Tapanuli sama sekali tidak ada.

Dalam tahun 1952 dapat didatangkan 2 orang dokter gigi, sehingga keadaan dalam tahun ini mendjadi 1 di Sumatera Timur, 1 di Tapanuli (Sibolga), dan 1 di Atjeh (Kutaradja).

Usaha dalam lapangan ini selandjutnja ialah perkundjungan kesekolah-sekolah rakjat didalam kotabesar Medan, tugas mana didjalankan oleh dokter gigi Pemerintah jang ada di Medan.


RAGAM PENJAKIT MENULAR

Malaria adalah penjakit jang terbanjak terdapat didaerah Sumatera Utara ini dalam keadaan chronisch-endemisch, Sampai sekarang belum pernah menimbulkan wabah atau malaria-explosie.

Menurut keadaan pada tahun 1951 di Sumatera Timur ada dipekerdjakan 9 orang mantri malaria, di Tapanuli 10 orang dan di Atjeh 6 orang. Dalam tahun 1952 djumlahnja bertambah dengan 2 orang, di Tapanuli 2 orang dan Atjeh tidak ditambah.

Pemberantasan penjakit ini sampai tahun 1951 hanja dilakukan dengan memberikan pil kinine kepada sisakit, membersihkan dan memperbaiki saluran-saluran air, menutup kolam air, menjemprot air jang tergenang dengan minjak redion atau menanam ikan kepala timah di empang-empang di daerah N.S.T.

Dalam tahun 1951 diadakan pertjobaan memberantas penjakit ini dengan menjemprot rumah-rumah dengan D.D.T. diperkebunan Negaga (Gunung Melaju, Sumatera Timur) dan karena hasilnja sangat memuaskan tjara pembasmian ini dalam tahun 1952 dilakukan djuga di Sibolga, Belawan dan disekitar perkebunan Kisaran. Hasil-hasil dari penjemprotan jang terachir ini sekarang belum dapat diberikan.

Tentang pemberantasan penjakit frambosia (puru) karena didjaman Djepang kekurangan tenaga-tenaga dan obat-obatan, hal ini tak mendapat perhatian. Penjakit ini sesudah perang dunia kedua banjak lagi terdapat di Sumatera Utara, terlebih-lebih didaerah Atjeh dan Tapanuli.

Dengan datangnja tenaga-tenaga dan obat-obatan didjaman N.S.T. maka penjakit ini di Sumatera Timur dalam tahun 1951 sudah hampir tak nampak lagi dikota-kota besar; hanja dipelosok-pelosok, misalnja dikewedanaan Deli Hulu, Serdang Hulu dan Padang Bedagai dan di Labuhan Batu.

Djuga didaerah Atjeh dan Tapanuli. Setelah ada tjukup obat-obatan, maka dikota-kota besar penjakit ini tidak didjumpai lagi. Hanja ditempat-tempat jang sukar perhubungannja dengan kota, misalnja kewedanaan-kewedanaan Atjeh Barat, Atjeh Selatan, Atjeh Tengah (Blangkedjeren) dan dipelosok-pelosok dalam daerah Tapanuli.

Pemberantasan penjakit ini pada umumnja dilakukan dengan pentjatjaran dirumah-rumah sakit, balai pengobatan; pemberantasan jang{[rh|||711}}