Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/435

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Mereka tidak mentjapai tjita-tjitanja. Mereka berkorban dan berkorban, menderita dan menderita untuk keselamatan kita. Sekarang kita wadjib berusaha dan membanting tulang sekuat-kuatnja, dengan merasa sepenuhnja bertanggung djawab untuk membangunkan satu Indonesia jang besar, molek dan harum namanja sebagai pusaka bangsa kita, sebagai Tanah Air anak-anak kita dikemudian hari, sebagai tanah temurun kita dikemudian hari. Djangan karena teledor, djatuh lagi kedjajaan bangsa kita dan djangan djatuh lagi kedalam pendjadjahan bangsa apa djuga didunia ini.

MEMELIHARA TANAH AIR.

Perdjuangan kita telah mentjapai satu Indonesia jang merdeka dengan pengorbanan, hingga adalah kewadjiban kita memelihara Tanah Air kita ini, supaja kemerdekaan kita kekal dan abadi.
Terutama saja pesankan pada saudara-saudara, bahwa kewadjiban kita mendidik anak-anak kita tidak hanja disekolah, tidak hanja pada bangku peladjaran, tetapi tertumpah pada kita sendiri. Rakjat kita harus dididik, anak-anak kita harus dididik mentjintai Tanah Air dan mentjintai lambang Tanah Airnja. Tadi saja lihat tatkala kita menjanjikan Indonesia Raya, lagu kebangsaan jang harus kita hormati, lagu kebangsaan kita, lambang kemerdekaan kita, ada orang jang duduk dan ada orang jang tetap memakai topi. Adalah satu adat internasional, jakni karena tjinta pada bangsa jang merdeka, maka lagu kebangsaan itu harus dihormati. Bila lagu kebangsaan itu dinjanjikan orang menghormatinja dengan berdiri, membuka topi, kupiah tetap dikepala, tapi topi harus dibuka. Ini tampak ketjil rupanja, tetapi bukan hal jang ketjil. Hal ini adalah hal besar, ialah mendidik djiwa anak-anak kita, supaja anak-anak kita menginsjafi apa artinja mendjadi bangsa jang merdeka. Tjinta pada lambang kebangsaan kita, tjinta pada lagu nasional dan bendera kita.
Betapa sedihnja, ketika saja melakukan perdjalanan di Sumatera Barat tahun jang lalu, sesudah mampir disini dan tiba di Bukittinggi. Baru sadja terlihat oto kami mengibarkan bendera, oleh karena waktu itu daerah Sumatera Barat umum diduduki Belanda, banjak orang menangis melihat berkibarnja bendera kita. Bendera dioto ditjium oleh orang, tanda tjinta kepada bendera kita.
Apabila kita disatu waktu telah mengalami kemerdekaan dan satu waktu semua itu hilang seperti pada bulan Desember 1948 kita baru merasai apa artinja kehilangan itu bagi kita. Saudara pernah mendjadi rakjat Republik Indonesia sebelum aksi militer pertama. Hilangnja kemerdekaan saudara disini, betapa sedih hati rakjat, dapat saudara-saudara rasakan terhadap hilangnja kemerdekaan tadi. Kemerdekaan adalah barang berharga jang harus kita pelihara sebaik-baiknja. Hormati bendera


413