Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
SEPATAH KATA

DALAM buah penanja "Legende dan realiteit sekitar Proklamasi 17 Agustus", Bung Hatta menulis:

"Tiap-tiap kedjadian jang bersedjarah sering diikuti oleh dongeng dan legende. Legende itu ada jang keluar dari fantasi belaka karena ingin mendapat kenang-kenangan jang lebih bagus dari jang sebenarnja. Sering pula gambaran fantasi itu bertambah kotjak dalam perkembangannja dari orang seorang atau lingkungan ketjil sampai kepada orang banjak. Ada pula legende itu dihidupkan dan dipupuk oleh sesuatu golongan jang berkepentingan, maupun untuk keperluan politik mereka ataupun kebesaran bangsa jang membuat sedjarahnja.

Dalam tiap-tiap gambaran dari pada masa jang lalu, apa lagi djika ditulis dalam waktu jang amat dekat dan pergolakannja belum lagi selesai, banjak bertjampur “Dichtung und Wahrheit”. Gambaran itu lebih banjak memakai warna tjita-tjita pengarangnja dari pada menjerupai kedjadian-kedjadian jang sebenarnja. Dan disinilah terletak kewadjiban dari pada ilmu sedjarah untuk memisahkan Wahrheit Dichtung.

Tjeritera jang didengar tentang berbagai bukti jang terdjadi dan tidak terdjadi dikumpulkan dan diperbandingkan, diudji dengan logika jang tadjam dan penindjauan jang kritis, dan diperiksa apakah benar duduknja menurut hukum kausal, jaitu perhubungan sebab dan akibat. Pendapat sedjarah tadi mendjadi dasar bagi penjelidikan selandjutnja. Penjelidikan sedjarah tentang suatu masaalah jang telah dikupas tidak habis-habis, sebab bahan-bahan jang terdapat kemudian menambah sempurnanja pengetahuan dan gambaran dan kebenaran tentang masa jang lalu. Maksud sedjarah bukanlah memberikan gambaran jang lengkap tentang masa jang lalu jang tidak pernah akan tertjapai, melainkan memberikan bentuk daripada masa jang lalu, supaja roman masa jang lalu itu djelas terpenting dimuka kita. Semangkin banjak