Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Bertekun dalam kebudajaan jang hidup menimbulkan suatu minat jang makin besar terhadap keseluruhan setiap kebudajaan. Makin lama makin terasa, bahwa hampir tidak ada sifat kebudajaan jang dapat difahami, bila dikeluarkan dari lingkungannja. Usaha untuk mengartikan seluruh kebudajaan sebagai sesuatu jang dikuasai oleh serangkai sjarat² jang tunggal, tidaklah menjelesaikan masalahnja. Mendekati kebudajaan dengan tjara jang se-mata² bersifat antropo-geografis, ekonomi atau tjara² lain jang formalistis, nampaknja memberikan gambaran jang diputar-balikkan.

Hasrat untuk memperoleh pengertian tentang suatu kebudajaan sebagai suatu keseluruhan, memaksa kita untuk menjelidiki gambaran² dari tingkah-laku jang telah didjadikan sebagai ukuran, hanja sebagai batu-lontjatan kearah masalah² lainnja. Kita harus mengerti, bahwa individu itu hidup dalam kebudajaan dan bahwa kebudajaan itu dialami oleh individu² iru. Minat terhadap masalah² jang bersifat sosio-psikologis ini, sama sekali tidak bertentangan dengan pendekatan berdasarkan sedjarah. Sebaliknja, ia menjingkapkan proses² dinamis jang aktif dalam perubahan² kebudajaan dan memungkinkan kita untuk menilai bukti jang diperoleh dari perbandingan jang diperintji antara kebudajaan² jang bersangkutan.

Berhukung dengan sifat bahan²nja, masalah kehidupan kebudajaan itu seringkali merupakan masalah antar-hubungan diantara pelbagai segi kebudajaan. Dalam beberapa hal, penjelidikan ini menjebabkan kira lebih menghargai intensite atau kekurangan keutuhan kebudajaan. Dengan djelas diterangkannja bentuk² keutuhan dalam pelbagai djenis kebudajaan jang membuktikan, bahwa hubungan antara segi² kebudajaan jang ber-beda² itu mengikuti pola jang paling berlainan dan tidak baik untuk disamararakan sadja. Namun demikian, ia djarang atau hanja setjara tidak langsung membimbing kita kearah pengertian hubungan antara individu dan kebudajaan.

Hal ini menghendaki agar kita menjusup kedalam djiwa kebudajaan dengan dalam jaitu suatu pengetahuan tentang tindak-tanduk manusia jang menguasai tingkah-laku individu dan kelompok. Dr. Benedict menamakan djiwa kebudajaan itu bentuk lahirnja. Dalam djilid ini masalah tsb. dikemukakan kepada kita oleh penulis dan melukiskannja dengan mengambil tjontoh tiga kebudajaan jang masing² dirembesi oleh sebuah gagasan jang paling berpengaruh. Pembahasan ini adalah berlainan dengan apa jang dinamakan gedjala masjarakat, selama hal tersebut lebih banjak berhubungan dengan penemuan sikap² jang azasi daripada hubungan² fungsionil dari setiap soal kebudajaan. Pendekatan tsb. tidak bersifar sedjarah, ketjuali selama bentuk lahir jang umum terdapat, membatasi djurusan perubahan jang tetap tunduk padanja. Djika dibandingkan dengan perubahan² isi kebudajaan maka bentuk