Dan sebagai biasa rakjat menderita dengan sabar, sambil mengharapkan suatu masa jang lebih terang dan bahagia. Dari fihak resmi hal ini djuga mendapat lajanan.
Baiklah kita ingat dalam hubungan ini bahwa Undang-undang Pendidikan tahun 1870, 1902, 1918 semuanja dirantjang diwaktu keadaan genting. Tentu sadja banjak orang jang ingin mengadakan
pembaruan dalam pendidikan hanja untuk efisiensi Negara dalam peperangan sadja.
Djuga dalam Perang Dunia II orang mulai memikirkan perluasan fasilitas pendidikan dan menjediakannja bagi sebanjak mungkin anak-
anak. Dalam bulan Djuni 1941 oleh Departemen Pendidikan dikeluarkanlah suatu "Buku Hidjau” jang setjara resmi dimaksudkan sebagai nota rahasia, akan tetapi sedemikian besarnja rahasia itu sehingga
mendjadi umum djuga.
Oleh karena desakan parlemen, diterbitkanlah suatu ringkasan berupa tanjadjawab, jang berisikan pokok-pokok dari nota rahasia itu. Antara lain diadjukan untuk diperbintjangkan masalah memper-
pandjang kewadjiban beladjar ; pemberian definisi baru pada pendidikan rendah dan menengah ; dan soal Urusan Pendidikan Daerah jang chususnja mengurus pendidikan rendah.
Djuga diadjukan pendidikan menengah tjuma-tjuma dan 1 undang-undang sadja untuk segala matjam pendidikan menengah ; soal djaminan kesehatan anak-anak dan pemuda : perluasan pendidikan teknik;
perluasan pendidikan pra-sekolah ; soal gadji guru, pendidikan dan pengangkatan guru-guru ; soal dualisme dalam pendidikan ; dan usaha kearah kesatuan jang memungkinkan setiap anak sampai ketaraf pen-
didikan tinggi.
Fihak parlemen djuga tidak tinggal diam, karena umum sudah mulai memberi reaksi jang baik terhadap Buku Hidjau itu. Sebagai hasil pengumpulan pendapat orang diseluruh Inggeris, jang perlu didengar pendapatnja, maka oleh badan legislatif pada bulan Djuli 1943 dikeluarkanlah suatu “Buku Putih” dengan djudul Educational Reconstruction (Pembangunan Pendidikan).
Diantara usul-usul jang diadjukan terdapat antara lain: bahwa pendidikan negeri/umum seharusnja diatur dalam 3 tingkatan, jaitu pendidikan rendah, menengah dan tinggi. Dapat dilihat dengan segera,
bahwa gagasan ini sebenarnja sudah diletakkan fondamennja oleh Laporan Hadow dalam tahun 1926.
Direntjanakan bahwa istilah elementary education akan hapus dan dengan demikian tiada lagi sekolah elementer jang mengadjar anak sampai umur 14 tahun, jang merupakan sedjenis duplikasi daripada pendidikan menengah jang mulai menerima murid pada umur 11 tahun atau sebelumnja. Tentu sadja susunan organisasi pendidikan ditingkat daerah harus disesuaikan pula dengan sistim jang baru itu.
69