Mengenai sjarat masuk perguruan tinggi ditekankan bahwa prioritas harus diberikan kepada mereka jang sudah pernah bekerdja. Djuga harus diberi kesempatan jang sebesar-besarnja untuk masuk perguruantinggi bagi pemuda buruh dan pedesaan.
Ditingkat pendidikan tinggi diatur bahwa kursus malam dan kursus tertulis harus diperkembangkan dan disempurnakan organisasinja. Mutunya harus dipertinggi lagi dan untuk itu penjelenggaraannja harus dikerdjakan oleh perguruan tinggi biasa, dimana terdapat staf pengadjar dan fasilitas lainnja jang terdjamin. Tugas kursus-kursus itu sudah terang, jaitu memberi kesempatan bagi pekerdja-pekerdja dalam industri dan pertanian menambah pengetahuannja disegala bidang jangdiingini, tanpa meninggalkan tugasnja sehari-hari. Masa udjian untuk mereka ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
pekerdjaannja dibidang produksi itu.
Mereka jang tamat dari perguruan tinggi terlalu sering tidak tahu menahu mengenai pekerdjaan dalam praktek dan tidak tjukup persiapannja untuk memberi penilaian mengenai masalah-masalah produksi modern. Untuk menghindari hal ini, maka dirasa perlu bahwa didalam masa beladjarnja simahasiswa diwadjibkan melaksanakan suatu kerdja-njata. Djuga harus diusahakan agar para tjalon insinjur djuga mendapat peladjaran ekonomi, dan sebaliknja tjalon ahli dalam suatu bidang sosial dan budaja diwadjibkan satu atau dua tahun aktip dahulu dibidang produksi dan ekonomi negara.
Pembaruan ini tentu sadja besar pengaruhnja pada soal pendidikan guru, karena jang bertugas melaksanakannja ialah guru-guru dan mereka jang bekerdja dibidang pendidikan.
Sjarat-sjarat mendjadi guru jang baik ialah mendjadi ahli dalam spesialisasinja, berpengalaman dibidang pendidikan, sungguh-suneguh mengenal masjarakat dan kehidupan masjarakat itu dan djuga sanggup memupuk djiwa anak-anak dengan semangat mengabdi jang tiada batasnja bagi perdjuangan Komunisme. Karena dimulainja politeknisasi pendidikan itu, maka guru-guru chusus dibidang agronomi, peternakan dan teknologi harus segera dilatih. Dalam hal ini segi pedagogik tidak boleh pula dilupakan.
Demikianlah peraturan jang sekarang mendjadi pedoman di Uni Soviet. Oleh Krusjtjov dianggap bahwa pendidikan umum itu terlalu akademis sifatnja, jaitu terlalu meniru gymnasium dizaman sebelum repolusi. Djuga jang mendjadi masalah ialah perlunja tenaga-tenaga dibidang produksi, disamping perlunja diberi kesempatan seluas-luasnja untuk memasuki pendidikan menengah. Ditingkat tinggi pendidikan itu djuga masih terlalu sering mengawang-awang, djauh dari kenjataan hidup. Suatu kenjataan ialah bahwa terlalu sedikitnja diantara anak-anak keluarga buruh dan petani jang masuk perguruann tinggi. Dalam
201