1900 sudah terdapat kemadjuan dalam pendidikan mereka, masih djuga belum ditjapai persamaan kesempatan, jang dari dahulu sudah didengung-dengungkan sebagai salah satu tudjuan utama dari negara dan bangsa Amerika.
Dalam tahun 1940 hanja 37,8% dari orang Negro dewasa jang dapat menjelesaikan kelas 7 sekolah rendah, dibandingkan dengan 83,1%
diantara orang kulit putih. Hanja 7,8% jang dapat menamatkan empat tahun sekolah menengah, dibandingkan dengan 29,2% dikalangan kulit putih. Dan hanja 1,4% jang tamat dari college empat tahun, dibandingkan dengan 5,6% diantara orang kulit putih. Djuga pada umumnja orang Negro itu satu/dua tahun lebih tua daripada kulit putih, teman sekelasnja.
Dewasa ini sekolah-sekolah jang chusus untuk orang-orang Negro (akibat segregasi) pada umumnja djauh lebih buruk keadaan keuangan,
peralatan dan staf pengadjarnja daripada sekolah kulit putih. Semuanja ini menundjukkan suatu perbedaan kesempatan jang telah berlangsung berabad-abad lamanja itu dan hingga sekarang masih merupakan noda besar dalam demokrasi Amerika.
Sudah sedjak zaman Malaise (1929 — 1930) dirasakan bahwa tanpa bantuan federal banjaklah daerah-daerah jang hanja beberapa bulan sadja dalam satu tahun sangeup menjelenggarakan pendidikannja, dan banjaklah pula orang jang terhalang untuk masuk keperguruan tinggi.
Pada tahun 1939 oleh Presiden Roosevelt dibentuklah suatu panitia pendidikan untuk menjelidiki keadaan pendidikan kedjuruan. Dalam
laporannja panitia itu menandaskan bahwa bantuan federallah satu-satunja djalan menghilangkan tidak adanja persamaan dalam mendapat pendidikan di Amerika Serikat. Ternjata bahwa banjak daerah jang sistim pendidikannja djauh dibawah sjarat minimum bagi suatu negara demokrasi.
Meskipun Amerika Serikat setjara fisis tidak terkena oleh Perang Dunia II jang Jalu, pendidikannja mau tidak mau terpengaruh djuga. Karena laki-laki jang sehat hampir semuanja ditarik masuk angkatan perang, sedang ibu-ibu djuga banjak jang ditarik bekerdja dalam industri perang, maka dapatlah dibajangkan kesukaran jang timbul bagi rumah tangga. Segera dirasakan orang kebutuhan santunan kepada anak-anak jang umurnja dibawah 6 tahun dan belum bersekolah, dan djuga kebutuhan kegiatan anak-anak sekolah sesudah keluar diwaktu sore.
Sajang sekali djumlah nursery schools dan kindergarten tidaklah mentjukupi dan djuga djumlah guru-gurupun tidak memadai. Berdirilah suatu badan jang bernama National Association for Young Children jang didukung oleh National Association for Nursery Educa-
125