Lompat ke isi

Halaman:Perahu Madura.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

an yang masih ada sekarang ini ada didesa Lapadaja-Legung, berupa tumpukan kayu, cangga lajar, dan sebagainya yang penuh dengan ukiran, dikeramatkan orang. Menurut kepercayaan setempat, apabila mengambil cuwilan atau bagian kayu-kayunya, "tidak akan selamat" Padduwang termasuk perahu besar, yang dapat memuat diatas 15 ton. Salah satu ciri Padduwang adalah bercadik pada kedua sisinya dan berkater rangkap dua bambu bettong. Padduwang merupakan perahu yang serba berukir, dipergunakan untuk pengangkutan barang dagangan, misalnya gula kelapa dan sebagainya. Route pelayarannya antara Legung dan Japura-Gersik. Karena memakai cadik, maka pera- hu Padduwang "makan tempat" bila berlabuh. (Istilah Maduranya "rangka"). Pada masa ini perahu Padduwang sulit untuk dihidupkan kembali. Tetapi untuk mengenang bahwa Padduwang benar-benar pernah ada, perlu museum Bahari membuat rekonstruksi Padduwang tersebut. Untuk keperluan ini sisa-sisa komponen Padduwang yang ada di Legung perlu diamankan. Panjang Padduwang diperkirakan antara 12 sampai 15 M, dengan kater rangkap dua dan panjang. Bentuknya serupa dengan sampan Karoman didepan. Walaupun tadi dikatakan bahwa Padduwang merupakan perahu kuno bercadik kater ganda untuk perdagangan, masih perlu ditelusuri apa- kah khas Legung atau Raas. Apabila kita lihat Legung sebagai daerah pantai yang terletak diujung timur laut pulau Madura, daerah ini ber- sambung dengan Lombang, disana terdapat daerah perahunya yang amat luas berserakan, kemungkinan besar pada jaman lampau meru- pakan kota pantai yang ramai dengan Legung sebagai pelabuhannya. Oleh karena itu tidak mustahil banyak singgah perahu-perahu asing dari luar Legung. Bentuk cangga lajarnya sebagai berikut: (Gbr. 92) 93