Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Untuk menggunakan keseluruhan pindaian halaman sebagai penampung, sunting halaman ini dan ganti "{{gambar hilang}}" dengan "{{raw image|Perahu Madura.pdf/24}}". Sebaliknya, jika Anda mampu untuk menyediakan gambarnya, maka lakukanlah. Untuk panduan, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar. |
Gambar 3.
Suasana kehidupan para nelayan adalah “normal”, artinya tidak kaya tetapi tidak terlalu miskin, Kepuasan nelayan‘ akan hidupnya banyak tergantung kepada pribadi masing-masing. Laut adalah ladang rejeki nelayan, Kepada laut hidupnya digantungkan. Malang tidak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Apabila "laut” lagi pemurah, ikan yang didapat melimpah. Sebaliknya bila ladang lagi kering, maka hanya cukup untuk dimakan saja. Kehidupan nelayan adalah kehidupan menyabung nyawa, Para nelayan berangkat sore hari, pulang pagi hari. Berangkat waktu angin darat, pulang waktu angin laut. Li- hatlah pada waktu malam hari di laut dekat pantai, gemerlapan ribuan lampu petromak, menandakan nelayan-nelayan mencari nafkah menangkap ikan. Sangat asyik dipandang mata!
Kebutuhan akan sarana perahu bagi nelayan adalah mutlak, Pada umumnya semua nelayan memiliki perahu atau sampan kecil. Tetapi untuk perahu besar pajangan ataupun untuk perdagangan hanya beberapa orang sajalah yang memilikinya, Pelaut-pelaut yang tidak memiliki perahu, dapat mengambil upahan bagi hasil secara tradisional dengan pemilik perahu, Pembagian keuntungan secara tradisional ini dapat mengambil contoh di Gili Genting yang pembagiannya sebagai berikut: