b. Agar dapat berlayaragak ke tengah haruslah lebih mantap keseimbangannya. Untuk menjamin keseimbangan, maka jukung tersebut diberi cadik. Ada yang bercadik sebelah, ada bercadik dua belah, bahkan ada yang bercadik-kater rangkap.
c. Setelah pandai membuat perahu dengan titik tumpu dan keseimbangan yang mantap, masih juga membuat jukong tanpa cadik, terjadilah sampan dan perahu.
d. Perkembangan selanjutnya adalah pembuatan sampan-sampan atau perahu-perahu dengan teknik menyambung papan kayu, karena dianggap lebih murah dan praktis bila dibandingkan dengan melubangi kayu besar, Disamping itu kayu besar sebagai bahan perahu, makin lama makin sulit didapat.
e. Perkembangan selanjutnya yaitu menuju pada pembuatan perahu besar untuk pelayaran samudera, seperti jenis Kaci’, Lete, Glate, Pegon, dan Janggolan.
f. Sedang perkembangan sampai saat ini ialah dilengkapinya perahu atau sampan-sampan tersebut dengan mesin, Akibatnya banyak yang menyesuaikan badan sampannya kearah tipe kapal dari Barat.
Kapan dan sejak kapan, Tahun berapa sampai tahun berapa tahapan-tahapan tersebut, penulis tidak dapat memberi kepastian, sebab sisa-sisa tiap tahapan selalu masih juga ada sampai sekarang ini.
Dalam cerita dan sejarah Madura yang mempunyai kaitan dengan soal perahu tidak banyak kita temukan. Kaitan-kaitannya akan berpangkal pada interaksi dengan perahu luar Madura, sehingga kemungkinan membawa pengaruh kepada bentuk-bentuk perahu Madura, masih memerlukan bukti. Sejauh mana kehadiran perahu asing bisa mempengaruhi bentuk perahu Madura, masih perlu dipelajari lebih mendalam.
Pada sekitar tahun 1292 Raden Wijaya pergi ke Madura-Sumenep, kemudian kembali lagi ke Jawa mendirikan kerajaan Mojopahit, mengendarai perahu jenis apa dengan bentuk bagaimana juga tidak disebutkan.
Demikian pula perjalanan Jokotole dan Jokowedi pada sekitar tahun 1425 dari Madura ke Gresik, naik perahu "tambangan" jenis apa juga tidak disebutkan.
Tak terkecuali penyerangan tentara Bali ke Madura—Sumenep mempergunakan jenis perahu apa, tidak ada sama sekali sisa-sisanya, padahal semua perahunya dirusakkan di pantai Sumenep. Pendeknya sejarah perahu di Madura sulit untuk ditelusuri,
8