untuk larikan dibeli dari Perhutani, sedang kayu untuk tulang-tulang kerangka perahu dibeli dari pasar kayu di Pabian Sumenep. Kadang-kadang "tulang-tulang" ini dipersiapkan dan dikumpulkan satu-persatu sejak bertahun-tahun sebelumnya. "Tulang-tulang tersebut seperti: jumekar, sarengan, seko rabunan, seko polangan, selor, bading, seko tedung, sakang ada', sakang budi, pardu, lenggi dan lonas. Macam kayu tersebut diuraikan di belakang dalam uraian "pasar kaju". Kayu-kayu dipilih agar tidak melanggar "pantangan". Kayu-kayu yang banyak ber"mata" atau "barukbuk" jangan dipakai, demikian pula kayu yang kena petir. Kayu-kayu yang dilarang dalam arsitektur Madura, juga dilarang dalam pembuatan perahu. Setelah bahan kayu lengkap, maka dirembuklah dengan tukang pembuat perahu, hari kapan akan dimulai pekerjaan sesuai dengan perhitungan saat, menurut ketentuan primbon. Setelah segalanya putus mufakat, maka hari yang ditentukannya dimulailah tahap pelaksanaan.
(2) Tahap pelaksanaan. Saat mempertemukan lenggi dan lonas (makabin lenggi ban lonas) merupakan tahap pekerjaan yang sangat penting, untuk menentukan lancarnya pekerjaan dan keselamatan perahu itu sendiri. Pada saat pekerjaan ini biasanya diadakan "rasolan", selamatan dan doa bersama. Diundang seorang kyai untuk memberi doa dihadiri oleh semua yang bersangkutan, tukang perahu dan sanak keluarga dan tetangga. Hidangannya nasi tumpeng (rasolan) dengan segala lauk-pauknya, beserta "jajan pasar", kue-kue yang dibeli dari pasar.
Lunasnya menurut ukuran. Kalau calepag panjangnya 4 M, kalau pakesan antara 5½ M dan 72 M.
Pada saat makabin lenggi dan lonas ini, terjadi pekerjaan "a rasop" dan "e kanceng", artinya memasang pada tempatnya dan kemudian dikancing dengan pasak. Apabila kayu lengginya tidak mendapatkan yang utuh, hal ini memang biasa terjadi demikian maka untuk lenggi ini dipergunakan beberapa kayu yang disambung-sambung rapi dengan cara tertentu.
Sambungan-sambungan tersebut nantinya kalau telah bersatu dengan tubuh perahu dan didempul akan "hilang" karena "samar" Perhatikan bentuk sambungan lunas-lenggi pada gambar 112:
114