Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/101

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 87 —

 Dan dengen plahan aartshertog bangoeni pada si nona. Koetika itoe, Marie laloe senderken ia poenja kapala di poendak kekasihnja, samantara Rudolf memeloek pinggangnja.

 „Rudolf! Djadi akoe masi boleh harep kaoe poenja pertjintahan? Habis itoe nona jang laen . . . . .”

 Tatkalah itoe, adalah sabagi goentoer membikin sedar pada aartshertog, jang sedeng ada dalem kalelap pikiran.

 „Hei, apatah akoe telah berboeat dalem ini samantara waktoe?” tanja ia pada diri sendiri.

 Hatinja djadi menginget poelah pada poetri Stephanie, jang begitoe manis boedi bahasanja. Ia poenja api katjintahan, jang dengen sakoenjoeng-koenjoeng telah dapet dipademken oleh aer mata, laloe mengkobar kombali, lebi besar dari jang soeda-soeda. Stephanie! Ia itoelah jang pantes dapet itoe gelaran permeisoeri dari karadjahan Oostenrijk, hingga tida satoe orang boleh menghalangi di itoe masa, sedeng ia ampir djadi bertoendangan . . . . .

 Tangannja sigra lepas memeloek, dan tinggali si nona djatoken diri diatas satoe krosi.