— 90 —
barisan jang begitoe garang. Maka sambil gojang kapala ia berkata dalem hati:
„Panteslah Twan Giauw soeda djadi binasa, kerna moesoe poenja atoeran begini rapi dan kosen.”
Kamoedian ini poetri memandang ka koeliling tempat, dimana kaliatan panglimanja Hoenkangliong jang gaga ada djalan ronda sambil mamegang sendjata. Saban-saban marika angkat pedangnja ka atas, dan bersoeara aken kaloearken titah-titah.
„Hm, soenggoe keren sekali,” kata poela Giok-tji Kiongtjoe, sambil mengawasi pada satoe panglima moeda jang lagi mamerenta ini itoe.
Itoe panglima jang diawasi ada bersendjata Hongtian Hwakek, oemoernja didoega baroe toedjoebelas taon dan roepanja amat tjakep, sedeng sikapnja poen ada gaga sekali. Sedeng tangan jang sebla ada bawa gandewa, pinggangnja jang kiri ada tergantoeng pokiam dan pinggang jang kanan ada kaliatan bebrapa boesoer.
Badjoe perangnja ada bagoes, lagi toenggang koeda jang didjalanken ka itoe tempat. Sedeng koeda itoe adalah Tjolioema jang berboeloe itam, selanja ada berkredep-kredep, hingga menamba ken katjakepannja.
Siauw Hoei poen ada memandang itoe pang-
