— 53 —
III
Sekali menjerang, Kimgo djato ka laen
tangan. Hoenkangliong doedoek
mamerenta dengen atoeran
jang menjenangken.
Samingkin maleni menioepnja angin djadi bertamba kentjeng, hingga Tong Wie dan Tong Beng, jang maski bertoeboe kekar dan biasa tahan serangannja hawa dingin, tida oeroeng djadi goemeter.
Meliat jang berdjam-djam keadahan di sitoe masi tinggal begitoe djoega, tida ada soeatoe apa jang mengoendjoek maksoednja bisa didjalanken, Tong Wie laloe berbisik pada soedaranja, menjataken: bahoewa ia koeatir kaloe-kaloe ini kawadjiban tida bisa dipenoehken.
Tong Beng berpaling dan mengawasi itoe Koko dengen merasa heran.
„Bagimana Koko bisa doega begitoe?“ tanja ia achir-achir.
„Liat sadja,“ saoet Tong Wie: „dari satadi tida ada perobahan apa-apa. Bagimana kita bisa madjoe lebi djaoe?“