Halaman:Pembalesannja Kawanan Liang San 04.pdf/83

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 81 —

Tjiok soei sambil mengelah napas: maka bagimanatah maoe soeroe akoe berhamba pada doea madjikan."

Kan Lie-poet jang meliat kasatiahannja Lie Tjiok-soei, djadi lebi soeka dan lantas prenta orangnja boedjoek, tapi ini Silong boekannja menoeroet, hanja laloe menjatji kalangkaboet dengen goesar, jang membikin orang-orang Kim jadi, amat moerka.

Tapi sebab Lie Tjiok-soei tida maoe brenti bermaki- maki, achirnja ia diboenoe tida lama kamoedian. Dengen begitoe, Lie Silong telah djalanken kawadjibannja dan oendjoek kasatiahannja sampe di achir jang paling pengabisan.

Kan Lie-poet jang liat begitoe laloe berkata:

Tempo negri Liauw binasa, banjak mantri-mantrinja jang telah korbanken satjara moelia, bagimana Lamliauw jang ternama negri besar, tjoema Lie Silong sadja ?"

“Kamoedian Kan Lie-poet prenta orang koeboer maitnja Lie Tjiok-soei dengen satjara pantes, kerna panglina Kim ini poen mengindahi pada mantri jang begitoe satia. Sasoeda itoe baroe ia prenta orang ambil barang-barang jang ada di astana Keizer. dimana Thaysianghong (Keizer toea) poen toeroet ditangkep dan ditahan bersama-sama anaknja, Keizer Kiem-tjong.

Boekan sadja barang-barang berharga, seperti