Halaman:Pembalesannja Kawanan Liang San 04.pdf/271

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 269 —

satoe daja boeat menoeloeng. Maka bersabar sadja doeloe, djangan terlaloe sedi. Koetika hari meliwati lohor, Koen Ko telah balik kombali dan tjeritaken bagimana keadahan jang ia serepin. Menoeroet katanja: Tikoan di itoe kota ada saorang she Kwe, jang doeloe ada mendjadi Tosoe di kota Tongkin, dengen prenta satoe panglima bernama Tjan Si-hiong menawan Soehoangwe bersama sakalian familienja. Kerna ada mendendam sakit hati pada iri orang tawanan jang doeloe telah boenoe kakehnja, maka Tjan Si-hiong masoeki tawanan itoe ka dalem pendjara, dengen didjaga amat keras.

Demikianlah lapoerannja Koen Ko.

Song An-peng jang denger begitoe, kombali djadi menangis.

„Bagimanatah kita-orang bisa menoeloeng,” kata An-peng dengen soeara orang poetoes harepan : „dalem itoe kota tentoe ada banjak soldadoe, djadi maski kadoea Hiante ada gaga perkasa, tentoe soeker bertanding pada orang-orang dalem itoe kota, kerna kita tida mempoenjai rahajat. — Oh, lebi baek akoe mati!. . . .”

Sahabisnja berkata-kata, An-peng maoe ambil sendjata tadjem aken gorok leher sendiri. Tapi itoe kalakoean nekat soeda ditjega oleh Tjhie Seng, jang berkata:

Mengapatah Koko boleh begitoe pendek pikiran.