menulis Djikalau Islam menderita sakit, maka Roch kemerdekaan Timur tentulah sakit djuga; sebab makin sangatnja negeri-negeri Muslim kehilangan kemerdekaannja, makin lebih sangat pula imperialisme Eropah mentjekek Roch Asia. Tetapi, saja pertjaja pada Asia sediakala; saja pertjaja bahwa Rochnja masih akan menang. Islam adalah internasional, dan djikalau Islam merdeka, maka nasionalisme kita itu adalah diperkuat oleh segenap kekuatannja iktikad internasional itu".
Dan bukan itu sahadja, Banjak nasionalis-nasionalis kita jang sama lupa, bahwa orang Islam, dimanapun djuga ia adanja, diseluruh Darul-Islam", menurut agamanja, wadjib bekerdja untuk keselamatan orang negeri jang ditempatinja. Nasionalis-nasionalis itu lupa,
bahwa orang Islam jang sungguh-sungguh mendjalankan ke-Islam-annja, baik orang Arab maupun orang India, baik orang Mesir maupun orang manapun djuga, djikalau berdiam di Indonesia, wadjib pula bekerdja untuk keselamatan Indonesia itu. ,,Dimana-mana orang
Islam bertempat, bagaimanapun djuga djauhnja dari negeri tempat kelahirannja, didalam negeri jang baru itu ia masih mendjadi satu bahagian daripada rakjat Islam, daripada Persatuan Islam. Dimana-mana orang Islam bertempat, disitulah ia harus mentjintai dan bekerdja untuk keperluan negeri itu dan rakjatnja".
Inilah Nasionalisme Islam ! Sempit-budi dan sempit-pikiranlah nasionalis jang memusuhi Islamisme serupa ini. Sempit-budi dan sempit-pikiranlah ia, oleh karena ia memusuhi suatu azas, jang, walaupun internasional dan interrasial, mewadjibkan pada segenap pemeluknja
jang ada di Indonesia, bangsa apa merekapun djuga, mentjintai dan bekerdja untuk keperluan Indonesia dan rakjat Indonesia djuga adanja!
Adakah pula keberatan untuk kaum Nasionalis sedjati, bekerdja bersama-sama dengan kaum Marxis, oleh karena Marxisme itu internasional djuga ?
Nasionalis jang segan berdekatan dan bekerdja bersama-sama dengan kaum Marxis.— Nasionalis jang sematjam itu menundjukkan ketiadaan jang sangat, atas pengetahuan tentang berputarnja roda politik dunia dan riwajat. Ia lupa, bahwa asal pergerakan Marxis di Indonesia atau Asia itu, djuga merupakan tempat asal pergerakan mereka, Ia lupa, bahwa arah pergerakannja sendiri itu atjap kali sesuai dengan arah pergerakan
12