Halaman:Narsisisme dan Romantisisme Dalam Novel Negara Kelima Karya Es Ito.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1.2 Narsisisme

Narsisisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:774) adalah 'hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan'. Akan tetapi, Menurut Thienz (2006), mengemukakan bahwa kata narsis berasal dari mitologi Yunani, yaitu tentang seorang pemuda tampan yang bernama Narsisus. Ia lebih tampan dari pria mana pun di dunia ini sehingga banyak gadis memujanya. Bahkan dia sendiri mencintai bayangan wajahnya. Tak urung dewi-dewi pun menyukainya, termasuk salah seorang peri yang jatuh cinta kepadanya, yaitu Echos.

Sayangnya, ia mengabaikan cinta Echos karena ia lebih mengagumi ketampanannya dengan berkaca pada sebuah sungai. Dewi Nemesis pun menghukum Narsisus atas sakit hati Echos. Narsisus jatuh cinta pada bayangannya sendiri hingga akhirnya tenggelam. Berdasarkan mitos tersebut, kata narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri.

Thienz (2006) juga mengungkapkan bahwa saat ini konsep narsis kerap disalahartikan. Narsisus sebenarnya bukan mencintai dirinya sendiri, tetapi bayangannya. Ada perbedaan besar antara diri yang sebenarnya dengan diri yang terlihat dari sebuah pantulan. Mencintai diri sendiri adalah hal yang normal dan sehat. Akan tetapi, yang terjadi pada seorang yang narsis adalah ia menicntai citra diri yang ditangkap oleh orang lain.

Orang yang jatuh cinta pada bayangan tidak mampu mencintai sesamanya, juga dirinya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa mengaitkan kata 'narsis' dengan rasa percata diri yang tinggi. Akan tetapi, biasanya

6