cikal bakal dari kata Madura yang berasal dari kata madu ning oro-oro (madu di tanah lapang). Dengan kerja keras, sang Putri akhirnya mendapatkan madu tersebut yang menyebabkan lapar serta dahaganya menjadi hilang.
Beberapa bulan setelah sang Putri yang hamil itu terdampar di Gunung Geger, telah tiba baginya saat untuk melahirkan. Saat itu, Ki Poleng beserta prajurit yang lain sedang meramu untuk mencari makan. Putri Bendoro merasa mulas dan merasa akan melahirkan. Sang Putri berkeliling mencari Ki Poleng tetapi yang dicari tidak ditemukan hingga pencariannya mengantarnya pada pinggir pantai. Rasa sakit tidak tertahankan, dan ia merasa detik-detik melahirkan akan segera tiba. Ia merasa sendirian dan butuh bantuan. Di saat-saat yang genting tersebut, ia pun teringat pesan Ki Poleng untuk menjejakkan kakinya tiga kali ke tanah. Di jejakannya kakinya tiga kali ke tanah, dan Ki Poleng pun muncul secara gaib di hadapan sang Putri.
Atas bantuan Ki Poleng, sang Putri melahirkan seorang bayi laki-laki yang rupawan. Karena kelahiranya tepat di tepi pantai. Oleh Ki Poleng bayi lelaki itu diberi nama Raden Segoro yang bermakna Pangeran Laut.
Sejak kelahiran Raden Segoro, di sekitar Gunung Geger selalu ada cahaya semacam rembulan memancar ke angkasa. Cahaya ini, seringkali dilihat oleh pelaut yang berlayar di sekitar perairan Gunung Geger. Tertarik akan cahaya ini, akhirnya banyak pelaut yang singgah ke Gunung Geger dan kemudian menghambakan diri pada Bendoro Gung. Bendoro Gung, Raden Segoro, Ki Poleng, para prajurit pengawal, beserta para pelaut yang datang akhirnya dianggap sebagai penduduk pertama di Madura.
Sejak kecil Raden Segoro diberi keistimewaan oleh Yang Mahakuasa. Belum genap usia setahun, Raden Segoro sudah pandai berlari-lari dan bermain-main layaknya orang dewasa. Selain itu tubuh Raden Segoro demikian kuat dan tidak pernah sakit. lnilah yang menyebabkan ki Poleng merasa lega bahwa pengorbanannya tidak sia-sia menentang seorang raja untuk seorang anak yang luar biasa berharga.
6