Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/166

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

hanya demi mengerjakan tugas tersebut sebaik mungkin. Mereka juga menerapkan banyak ihtiyar untuk mempercepat mereka belajar, seperti belajar kelompok, bertirakat di ternpat yang sepi a tau mondarmandir sambil menghaful mengelilingi pondok.

Suatu malam, seorang santri yang tengah berusaha menghaful sedang berada pada masa kejenuhan Ia merasa otaknya sudah penuh dan menginginkan mencari inspirasi di sekitar pondok Iapun berjalan malam hari memutari pondoknya melalui jalan setapak yang biasa ia dan kawan-kawannya lalui untuk mencari inspirasi dan motivasi.

Pada waktu yang bersamaan, seorang warga yang rumahnya dekat dengan Pondok Pesantren berteriak panik Rumahnya baru saja dimasuki maling dan beberapa barang berharga miliknya sempat dibawa kabur maling itu. Teriakan si koman kemalingan pun terdengar oleh tetangga-tetangganya serta sebagian warga kampung di sana. Wargapun berkumpul di rumah warga yang kemalingan Para warga itu lantas segera berinisiatif dan bertindak dengan cara mengejar maling itu sampai tertangkap.

Sekumpulan warga itupun berlari ke jalan setapak. karena mereka mendapatkan keterangan dari pemilik rumah bahwa si pencuri melewati jalan itu. Meskipun mereka berlarian mengejar dengan cepat, para warga tidak menemukan sosok maling yang tengah mereka cari. Merekapun lantas berlari menuju jalan yang searah dengan sang santri yang tengah asyik berjalan-jalan mencari inspirasi.

Melihat seorang pemuda berjalan sendirian di malam hari, membuat sekumpulan warga menduga jika santri tersebut adalah pelaku pencurian. Sekumpulan warga itupun meneriaki santri tersebut dengan sebutan maling. Bingung dengan sebutan itu, si santri pun panik Dalam kepanikannya, ia beipikir bahwa satu-satunya cara untuk menghindari situasi gawat seperti itu adalah dengan lari. Santriyang sedang kebingungan dan ketakutan itupun memutuskan untuk kabur dari pengejaran warga. Sekumpulan warga yang tak ingin kecolongan, mereka terus mengejar santri itu dan berusaha menangkapnya.

Santri tersebut terus berlari secepat-repatnya. Ketika ia menoleh ke belakang, ia melihat bahwa sekumpulan warga itu

150