dalam masa negosiasi dan gencatan senjata. Sultan juga menyampaikan bahwa peperangan kali ini akan menjadi besar karena tidak hanya akan terjadi di pulau orang. tetapi juga akan meluas bahkan ke pulau sendiri yaitu Madura. Atas dasar inilah, Pak petok diperintah untuk tetap siaga. Sultan meyakini, bahwa kerajaan jawa dalam waktu de kat akan dikepung dari setiap pesisir pantainya.
Dari basil pembicaraan, disepakati bahwa Pak Petok dan Bhujuk Ghalis diminta untuk mengajarkan semua penduduk desa dimana mereka berdua tinggal, ilmu kanuragan, pertahanan dan peperangan. Kelak, warga desa ini akan dapat digunakan sebagai tentara cadangan ketika masa peperangan dengan Belanda tiba.
Pak Petok menyanggupi permintaan ini. Ia berjanji akan dengan sekuat tenaga mempersiapkan pasukan yang akan melawan Belanda tidak hanya bermodalkan kekerasan tetapi juga kecerdikan. Istri Pak Petok yang dihormati warga desa karena merupakan guru mengaji istana Raja, juga akan membantu usahanya itu.
Benar saja, tidak sampai 2 bulan lamanya, peristiwa menegangkan dan nyaris berdarah terjadi. Seorang ksatria pilihan dari Jawa Tengah yang bernama Raden Sahib melarikan diri dari kepungan Belanda. Ia terlihat diburu oleh satu regu pasukan Belanda. Raden Sahib ini sebenarnya adalah kesatria yang hebat Sayangnya, ia tidak dapat menunjukkan kehebatannya karena pasukannya diserang secara tiba-tiba.
Raden Sahib lari di sekitar daerah tempat Pak Petok tinggal. Di belakangnya, ada sekitar tujuh orang Belanda yang bersenjata lengkap mengejarnya. Mengetahui hal ini, Pak Petok membantu Raden Sahib bersembunyi dan memerintahkan warga sekitar rumah itu untuk tutup mulut tentang keberadaan Raden Sahib.
Beberapa saat kemudian, tentara pengejar dari Belanda itu curiga bahwa Raden Sahib bersembunyi di rumah yang dimiliki Pak Petok Para tentara itu lantas memerintahkan warga untuk mengeluarkan Raden Sahib. Warga pura-pura tidak paham apa yang diperintahkan para tentara dan malah mereka menyuguhkan kelapa muda yang sangat segar. Melihat kesegaran kelapa muda itu, ditambah keramahan warganya, para tentara Belanda ini menjadi reda
146