Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/155

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Ketika ia mau mendekati tempat itu, tiba-tiba ia mendengar suara berisik yang tidak jauh dari tempatnya berada. Didekatinya tern pat itu dan ia melihat seekor harimau dan seekor ular besar sedang bertarung. Dari gelagatnya, sepertinya terlihat bahwa harimau sedang kelaparan dan berusaha memakan ular besar. Ular besar yang merasa keselamatannya terancam, lantas balik menyerang dan terjadilah pertarungan yang sengit Di tengah pertarungan yang seru tersebut, secara tidak sengaja sang harimau mengetahui kedatangan Kiai Serembang dan sapinya. Harimau itu merasa bahwa dua makhluk yang secara tidak sengaja terlihat itu lebih lezat dari rasa tubuh sang ular. Ia pun lantas memilih mengalah kepada ular dan melompat menjauh. Mengetahui bahwa musuhnya telah mengendurkan serangannya, sang ular lantas pergi merayap ke dalam semak-semak lebat. Setelah sang ular pergi, tanpa basa basi sang harimau lantas mendekati Kiai Serembang dan sapinya. Rupanya ia bermaksud memakan keduanya.

Mengetahui ada bahaya besar yang mendekat kepada mereka berdua, ia pun lantas mulai berdoa dan beristighfar. Dengan suara berbisik, ia juga minta sapi untuk mulai berdoa agar diberi keselamatan. Sayangnya, tidak ada satu pun suara doa yang keluar dari sang sapi.

Setelah Kiai Serembang mulai berdoa dan beristighfar, keajaiban pun terjadi. Sang harimau temyata terlihat tidak berselera kepada Kiai Serembang. lni terlihat dari perhatian sang harimau yang langsung tertuju pada si sapi. Dengan sekali terkam, sapi itu pun berhasil dimangsa oleh sang Harimau. Di depan mata kepala Kiai Serembang. sapi kesayangannya itu dimakan dengan lahap dan menyisakan tulang belulangnya saja. Kiai Serembang sangat sedih akan hal ini, bukan karena sapi yang sejak dulu dipelihara dan dibesarkan dengan susah payah dimakan oleh seekor harimau, namun karena di akhir hidup sapi yang selalu menemaninya beribadah, tidak keluar satupun doa kepada Allah.

Dari kejadian tersebut, Kiai Serembang merasakan sesuatu yang aneh dan janggal. Timbul pertanyaan dalam hatinya, kenapa harimau yang lapar setelah bertarung dengan ular itu hanya

139