Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/133

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

itu dengan alasan perjalanannya terlalu lama. Orang-orang Bawean yang menjemputnya dengan perahu dimintanya berangkat duluan. Setelah orang-orang Bawean itu sampai di tepi pantai, rombongan orang yang ada dalam perahu menjadi terkejut karena Balipoh sudah sampai duluan di tepi pantai.

Suatu ketika, Balipoh kedatangan tamu dari jauh. Para Tamu itu tidak lupa memberi salam dan Balipoh pun membalasnya. Karena berasal dari jauh, Balipoh meminta istrinya yang kebetulan sedang membakar jerami untuk membuatkan hidangan. Sambil menunggu hidangan, Balipoh mengajak tamunya bercakap-cakap. Lama mereka bercakap-cakap tetapi hidangan tidak kunjung dibawakan oleh istrinya. Dengan gusar, Balipoh mencari istrinya dan dijumpainya, ia sedang duduk berdiang menunggui jerami yang dibakar. Balipoh bertanya, mengapa istrinya tidak segera membuatkan hidangan pada sang tamu. Istri Balipoh berkata agar tamunya mau menunggu dirinya selesai membakar jerami. Nanggung katanya.

Balipoh yang marah karena merasa istrinya lebih memilih membakar jerami daripada menuruti permintaannya lantas memintanya sekalian saja sang istri membakar seluruh jerami yang ada di ladang dan tidak perlu membuatkan minuman. Seperti terhipnotis, sang istri lantas berangkat ke ladang untuk melaksanakan tugas itu padahal waktu telah malam. Kebetulan pada saat itu adalah malam Jum’at Manis, Ketika tumpukan jerami yang ada di ladang dibakar, asap yang pekat keluar dari jerami yang terbakar tersebut dan membuat jarak pandang semakin berkurang. Asap menutupi seluruh rumah Balipoh. Beberapa saat kemudian, ketika api jerami sudah padam dan asap yang beterbangan juga telah hilang, istri Balipoh sudah tidak terlihat lagi, padahal tadi sempat dilihat oleh Balipoh sedang berdiang di tumpukan jerami yang berada di sebelah barat ladang. Seakan-akan, asap yang beterbangan tadi membawa tubuh istri Balipoh dan menghilang secara bersamaan.

Malam beranjak semakin larut. Tamu yang datang mengunjungi Balipoh pamit untuk pulang. Balipoh mempersilahkan tamu itu pulang dan memintah maaf karena tidak dapat menyuguhkan apa-apa. Setelah tamu pulang, Balipoh teringat akan istrinya dan menyusul ke

117