Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Ajah, Iboe, dan Anak

15


sambil menangis. Si ajah jang lebi doeloe ada mara sebagi satoe singa sekarang ada toendoek berpikir. Ia inget, betoei soeda berboeat saia pada istrinja jang selamanja ada setia, toeroet melarat, tiada taoe mara atawa berbanta. la poenja anak betoei ada alpa dalem pakerdja'annja, tapi tiada begitoe djahat, seperti soeda dikira; malahan hatinja baek, tjinta pada iboenja dan brangkali djoega ia ada poenja matan besar. Achirnja toean Werner djadi maloe serta menjesel atas perboeatannja sendiri, maka sambil sapoe aer mata ia peloek pada istrinja, seraja berkata: „Ampoenkenlah dosa saja. Minna!"
 "Apa ajahkoe ampoenken djoega dosa saja?" menanja Julius jang seka aer matanja jang berlinang di pipi iboenja.
 Akoe kasi ampoen pada kau berdoea," menjaöet si ajari dengen swara sedi. „Tapi kau moesti djandji satoe perkara. Di sini selamanja kau bekerdja tiada oeroes, hingga tiada bisa dapet pakerdja'an lagi. Sekarang kau moesti tjari laen pakerdja'an boeat pengidoepan kau. Lagi sedikit hari akoe nanti anter kau ka Hamburg, di mana kau nanti bekerdja di kapal."
 "Bekerdja di kapal?" begitoeiah Julius oelangken perkata'an ajahnja dengen merasa sanget girang, hingga jg berdjingkrak sebagi anak ketjil „Allah jang maha besar!"
 „O, kau tiada takoet dapet tjilaka di laoet?" menanja toean Werner jang djadi heran meliat kelakoean anaknja ini.