Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/164

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

162  Paman dan kaponakan.



 dengen pelahan: „Persetan sama Kan, toea bangka Jang amat djahat serta kedjem !

 Kamoedian dengen swara kras ia menjaoet:

 „Baek, pamankoe, saja nanti toeroet itoe prenta jang saja anggep sebagi titanja Allah. Betoel saja, merasa kesian aken boenoesatoe anak premposan atawa orang toeanja jang tiada berdosa, tapi ena sja satoeimam soetji seDagi pamam soeda bikin taba serta "tetep hati saja.

 „Slametlah angkau, tjoetjoekoe,” kata imam Reschid dengen amat girang. „Angkau soeda pili djalan jang bener, Nabi kita nanti mendjadi soeka hati dan aken membri berkah pada kau. Perbogatan kau nanti membikin semboe sakit di hatikoe. Akoe nanti kasi oepahan besar pada kau, sebagi penoeloengnja negri Toerki. Tapi apakah kau ada bawa sendjata ?”

 „Tida, pamankoe,” menjaoet Chcfket. „Kemaren saja telah kira paman bitjara dengen memaen, hingga sekarang saja tiada bawa sendjata apa-apa.”

 Sambil tertawa imam Reschid boeka badjoenja dan kaloearken satoe pedang pendek jang pake saroeng tandoek dan kapalanja disaloet dengen perak. Ini sendjata ia poeter ka kiri kanan, seraja berkata

 „Di sini ada satoe pedang aken boenoe itoe anak haram atawa ajahnja sebagimana jang ia sring goenaken bosat tabas batang lehernja moesoe.”

 Brangkatlah sekarang, tjoetjoekoe, dengen berkahnja Allah, tetepken hati kau dan inget betoel