Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dilahirkan. Indera atau zintuigennja-pun belum semuanja dapat dipergunakan. Alam fikiran serta djiwanjapun setingkat djuga dengan alam fikiran serta djiwa baji tersebut. Dalam keadaan demikian ini, manusia jang pada waktu itu memimpin dan mempengaruhi sesamanja disebut „pokok djenis bangsa” jang pertama atau „wortelras” pertama. Setelah dapat mentjapai kemadjuan² jang setinggi-tingginja sesuai dengan keadaan Indera, alam fikiran serta djiwanja, maka tenggelamlah „wortelras” pertama ini karena perobahan alam. Sebagai penggantinja, maka timbullah „wortelras” ke-dua untuk mengisi, mempergunakan dan mempengaruhi dunia. Adapun keadaan Indera, alam fikiran serta djiwanja dapatlah disamakan dengan keadaan Indera, alam fikiran serta djiwa baji jang telah mengindjak alam peralihan dari baji ke muda. Wortelras ke-dua inipun setelah ber-abad² memimpin sesamanja berdasarkan atas sifat djiwanja, dan telah mentjapai kemadjuan jang setinggi-tingginja sesuai dengan zamannja, maka tenggelam djugalah mereka karena perobahan alam seperti apa jang terdjadi pada wortelras pertama itu atau seperti alam peralihan dari baji kemuda pada seorang machluk jang telah lebur untuk diganti dengan alam muda itu pula.

 Peristiwa perobahan alam ini jalah terdjadi pada ber-ribu² tahun jang telah lalu. Oleh karena itu, maka hingga kini para ahli sedjarah belum dapat mengetahui dimana sebetulnja letak pusat kebesaran wortelras pertama dan kedua itu.

 Kalau seorang machluk dikatakan pasti mengindjak alam muda maka dunia pun pasti dan telah menjaksikan muntjulnja wortelras ke tiga untuk berganti memimpin dan mempengaruhi sesamanja berdasarkan atas sifat djiwanja pula. Adapun letak pusat kebesaran mereka telah dapat diketahui oleh para ahli sedjarah pada zaman kita ini, jaitu disalah suatu benua jang telah tenggalam mendjadi samodera Hindia. Setelah kita mengetahui hal ini, maka kita-pun ingat kepada kepertjajaan penduduk asli di Djawa bahwa

41