Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nja, maka tentang pergantian djiwa manusia dari abad ke abad itu dapatlah digambarkan sebagai berikut :

 Manusia jang silih-berganti hidup didunia sedjak terdjadinja hingga leburnja dunia kelak baiklah di-ibaratkan sebagai seorang machluk jang muntjul didunia sedjak lahirnja hingga adjalnja setjara sempurna karena tua. Kalau seorang machluk jang karena tua adjal setjara sempurna itu telah mengindjak tudju alam ketjil didunia sebagai tersebut diatas, maka manusia jang silih-berganti hidup didunia sedjak terdjadinja hingga leburnja dunia kelak itupun harus mengindjak tudju alam Besar didunia pula. Kalau alam jang baru sudah datang, maka alam jang lama tidak boleh tidak pasti hilang dengan sendirinja. Begitulah seterusnja sampai ketudju kalinja seperti apa jang dialami seorang machluk diatas. Dalam tiap² alam besar, manusia di dunia umumnja dipimpin dan dipengaruhilah oleh pokok djenis bangsa atau dalam bahasa asing, oleh „wortelras” jang mempunjai indera, alam fikiran, djiwa atau pandangan hidup sesuai dengan umur terdjadinja dunia dimana mereka masing² hidup. Hal ini dapatlah ditafsirkan sebagai berikut:

Alam pertama tjiptaan wortelras pertama.
kedua kedua.
ketiga ketiga.
keempat keempat.
kelima kelima.
keenam keenam.
ketudju ketudju.

 Kemudian leburlah dunia jang berarti chiamat bagi manusia umumnja. Dengan adanja tafsirnja diatas, maka dapat pula ditafsirkan bahwa apa jang disebut atau diramalkan „akan ada chiamat didunia pada zaman perkembangan wortelras² keenam kebawah” itu hanjalah leburnja atau chiamatnja wortelras jang lama sadja untuk diganti dengan wortelras jang lebih baru lagi. Begitulah

39