Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Demikianlah usahaku berhasil, semua berkat pertolongan Tuhan. Aku diterima sebagai djuru tk, pembantu tetap ajah Tatty.

Dengan demikian aku dapat melepaskan kesulitan hidup jang sedang kualami itu. Aku terlepas dari tjengkereman tangannja.

Inipun kesempatan jang terbaik bagiku. Namun demikian masih ada lagi satu kesulitan jang kualami. Karena aku berhenti bekerdja sebagai tukang tjutji, maka dengan setjara otomatis aku harus mengangkat kaki dari rumah tetangga Pak Suaib.

Untuk kedua kal‍nja aku harus pergi kerumah Pak Suaib untuk meminta bantuannja. Aku harus menginap atau menumpang dirumahnja lagi. Ja, apa boleh buat, semua kesulitan² kuterima dengan tabah hati.

Sementara itu rumah tetap kutjari. Rumahpun di ibu-kota ini bukan soal jang mudah.

Aku telah sanggup untuk menjewa rumah sendiri. Namun usahaku belum berhasil djuga.

Pada waktu itu kami sedang menghadapi ulangan umum. Dan berkat pertolongan Tuhan aku naik kekelas dua demikian djuga Tatty.

Mengenai teman2ku jang lain ada djuga diantara mereka jang naik, tetapi sedikit. Sebagian besar dari mereka tidak naik, dan dengan demikan rupanja mereka tidak tahan atau tak puas menerima keputusan itu, mereka mengundurkan diri dari sekolah, entahlah apa mereka pindah kesekolah lain, semua iu tak kuketahui.

Waktu beredar, berdjalan dengan tjepatnja, se-olah2 tak kusadari lagi siang ditelan malam, sedang malam sendiri berganti siang.

Dan aku tetap bekerdja, beladjar. Demikianlah setiap hari tak putus²nja aku memeras keringat. Makin lama makin giat djuga aku bekerdja dan beladjar.

Dan makin lama makin mampu djuga aku untuk hidup sendiri. Karena itulah aku sekali lagi mentjari rumah. Kebetulan sekali rumah jangkutjari itu dapat.

Rumahku ialah rumah jang letaknja digang, sebenarnja tak pantas diberi nama rumah, sesuailah dengan nama jang diberikan penduduk ibu-kota jaitu gubuk. Sudah usang pula rupanja.

Pada Pak Suaib tak lupa kuutjapkan terima kasih. Kebaikannja sangat kupudjikan. Dalam menolong dan mengerdjakan kebaikan ia tidak memandang bulu, seperti menolong aku. Jang penting baginja achlak jang baik.

— Itulah satu sendjata jang kedua ! katanja kepadaku.

Jang pertama kita sudah maklum, jaitu ilmu. Jang kedua achlak jang baik. Kemudian dimisalkannja kepada seseorang jang berilmu tetapi tidak berbudi.

— Achlak itu, sumbernja dari Agama, katanja.

Ja kalau seorang jang hanja berilmu, atau tjakap, dan tidak berachlak orang jang sematjam ini sudah dapat dipastikan, bahwa ia akan merusak masjarakat. Dalam hal ini orang² jang pandai jang tak berachlak itu menjalahgunakan fungsi ilmu pengetahuan. Misalnja dengan melakukan korupsi dan lain² jang merugikan bangsa dan masjarakat umumnja.