Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/100

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Anisah Hamid

''Timbangan buku.''


Buku : Tanah — Rendah dan Awan
Dikumpulkan oleh : Asrul Sani

Buku ini dipilih oleh Jajasan Kerdjasama Kebudajaan sebagai nomor istimewa setelah mengachiri penerbitan madjalah „Menara”. Ukuran buku ini dapat dikatakan ketjil tetapi sangat praktis karena kulitnja tebal dan halus. Bentuknja jang sederhana tjukup menarik untuk menimbulkan gairah membalik-balik halaman demi halaman jang ditjetak diatas kertas putih halus, tersusu dalam 51 halamn.

Himpunan sadjak dari Nederland ini merupakan terdjemahan sadjak-sadjak Adriaan Roland Holst (1888-), M. Nijhoff (1894-1953), Paul van Ostayen (1896-1928), J.J. Slauerhoof (1898-1936), H. Marsman (1899-1940), E. Du Perron (1899-1940), Gerrit Ach terberg (1905-), M. Vasalis (1909-), Ed. Hoornik (1910-), Bertus Aafjes (1914-), Lucebert (1924-), Haus Andreus (1926-), Remco Campert (1929-), oleh Asrul Sani, Toto Sudarto Bachtiar, St. Nuraini, Bachrum Rangkuti dan Chairil Anwar. Terdjemahan ini memberikan kesempatan besar bagi orang banjak untuk ikut menikmati sadjak-sadjak dalam bahasa asing.

Dalam kata pengantarnja sudah dikatakan oleh Arsul Sani, bahwa sebuah terdjemahan sadjak tidak dapat menggantikan sadjak itu sendiri. Jang mau menikmati dengan sebaik-baiknja harus membatja dalam bahasa aslinja.
Itu sebabnja maka didalam buku ini dimuat pula sadjak dalam bahasa aslinja.

Hal ini sekali gus memberi kesempatan pada kami jang hendak menjiapkan sesuatunja tentang buku ini untuk mengadakan perbandingan dan menjisihkan sari keindahan terdjemahan ini disamping kekurangannja jang hampir tiada terlihat. Kita ambil sadja sebuah terdjemahan Asrul Sani dalam sadjaknja ,,Awan" di halaamn 8.

Dalam bahasa aslinja sadjak dimulai dengan kalimat:
In de zon wuift het hoge gras.
Diterdjemahkan dengan: Disinar siang melambai rumput tinggi. Memang tak ada jang lebih tepat lagi untuk menterdjemahkan pengertian ,,in de zon" itu dengan ,,disinar siang".

Dalam sadjak itu djuga kita dapati lagi kalimat:
Sunji senjap semua hilang sirna.

Andaikata kalimat diatas tiada kita djumpai dalam sebuah sadjak tentu agak gandjil, kata hilang dan sirna itu disusun berdekatan dalam sebuah kalimat, karena sirna jang berasal dari bahasa Djawa berarti hilang pula. Tetapi dalam sadjak djustru susunan-

42