DJANDJI.
WAHAI anakku, kalau kelak datang pada djan- djimu, haraplah kamu meninggalkan.be- kas". Demikian kata pesenan seorang tua kepada anak- siswanja sebagai wasita atau sabda penghabisan, karena siswa tadi akan meninggalkan asramanja dan terdjun kemasjarakat ramai.
Djandji mati, inilah arti dalam sabda tersebut. Ada- nja mati karena adanja hidup. Oleh sebab itu bolehlah arti djandji itu diperluaskan sama sekali, jaitu bahwa djan- dji itu ditudjukan pula pada hidupnja. Bahwasanja hidup dalam dunia fana ini adalah semata2 perdjandjian, pada Jang Memberi Hidup. Dengan seketika disini terbukalah lajar rahasia, bahwa dengan tegas hidup tadi terus me- nuruti atau harus menetapi djandji dengan saksama. Oleh sebab itu Sang Begawan memberi peringatan pada siswa tadi, supaja dalam hidup seterusnja sampai habis djandji, siswa senantiasa membuktikan kesetiaannja pada djan- djinja, jaitu memberi beka s2, jang njata, jang tepat, jang bersih.
Soal djandji inilah oleh seorang Ksatrya diperhatikan benar2, djandji ketjil2 sampai djandji besar2, karena Ksa- trya mengerti, bahwa tjidra pada djandji itu melenjapkan kepertjajaan dari masjarakat lingkungannja. Ia sudah tetap berkejakinan Kawula-Gusti, dan pertjaja bahwa sabda adalah Djandji jang benar.
Inilah pedoman jang harus dipegang seteguh2nja.
47