PERKATAAN Ksatrya ialah terdapat pada empat perkataan, Brahmana, Ksatrya, Waishia dan Shudra. Bukanlah disini maksud kami akan memahamkan sifat, hubungan atau tjara pembahagiaan tersebut, melainkan kami ingin melahirkan perasaan dengan sepatah dua patah kata chusus terhadap arti Ksatrya jang makin tambah hari makin tambah minta perhatian.
Sebutan Ksairya itu bukan titel, bukan gelaran atau pangkat jang digadjih, bukanlah tingkatan jang tertjapai, karena giatnja andjuran atau karena penetapan diatas kertas, lebih2 bukannja karena pengakuan sendiri dengan lisan maupun tulisan, tetapi karena perangainja, karena sifat tabiatnja pun karena sikap dan sepak terdjangnja, dan selandjutnja karena telah memenuhi tugas kewadjiban2 jang istimewa dalam gelombang perdjuangan sepandjang hidupnja.
Sifat2 jang luhur-sutji misalnja menghindarkan sjarat kesusilaan, tulus hati, tjinta-sama, tetapi djuga pembrantas machluk jang nadjis, selandjutnja sengadja beristirahat untuk hidup dalam sunji senjap mentjari lakon dulu, mentjutjikan rochani lagi menambah keteguhan semangatnja, inilah semua hal jang harus dibuktikan dulu. Adapun kewadjibannja ialah misalnja terhadap kepada masjarakat lingkungannja terutama sanggup mendjadi senapati tidak karena menghitung untung ruginja tetapi dengan tidak menengok „akunja”, karena tertarik oleh tjita2 semata2 pun tidak karena didepannja itu hanja ingin menikmatkan paling dulu sjorga-dunianja. Ksatrya memang berdiri didepan tetapi ia harus jakin bahwa dibelakangnja beribu2 jang menanti-nanti bukti ksatryanja. Ksatrya didepan karena ingin mati lebih dahulu, membela jang dibelakang djika ada bahaja.
Djika ditilik benar2, dirasakan sedalam2nja, maka pada galibnja amat beratlah udjian untuk mendapatkan piagam Ksatrya itu. Oleh karena itulah kita harus menebak dulu dalam dada kita. Belumlah boleh kita terlalu gampang mendengungkan perkataan itu. Lebih2 dalam zaman sudah terbentuknja lapang „Kurusetra” ini, lebih dulu diam2 dan mandi air sutji, sebelum memberanikan