ngan tenang kearah tudjuannja dimuka ialah dengan rasa ridla, tetapi seketika pula berani meninggalkan segala sesuatu dibelakang ialah dengan rasa ichlas. Ia tidak boleh menoleh lagi. Teranglah disini bahwa ridla dan ichlas itu pada tiap-tiap langkah selalu serentakberlaku bersama2. Hanja arahnja beda. Melepaskan panah Pasopati harus madep kemuka, tidak boleh menoleh jang dibelakangnja. Tidak boleh memandang bahwa jang dipanah itu adalah saudaranja sendiri umpamanja.
Pintu gerbang Alam indah permai telah dibuka. Oleh sebab itu bagi para Ksatrya Indonesia jang akan masuk ke Alam baru itu sajogjanja berbekal ridla ichlas. Ridla mendjalankan sesuatu jang ditempuh dimukanja dengan menutup pantja inderanja sekasar itu, tetapi dengan mengeningkan Tjipta Rasa Karsanja.
Dan ichlas melepaskan segala sesuatu jang sudah dibelakangnja. Djanganlah sampai menoleh lebih lebih djanganlah punggungnja masih ditempeli sisa sisa dari zaman jang lampau.