Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/86

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

adat di sini, saya ingat kecenderungan mata orang banyak, akan banyak halangannya jika kita bercinta-cintaan. Saya takut bahaya dan kesukaran yang akan kita temui, jika jalan ini kita tempuh." (Hamka, 2002:47).

Kutipan tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu di atas bumi ini kembali kepada Yang Mahakuasa. Manusia boleh berkehendak, tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan Allah. Kehidupan ini akan selalu berubah. Roda akan selalu berputar. Tidak selamanya tawa akan menghiasi kehidupan manusia karena jika Tuhan berkehendak, tawa itu akan berubah menjadi tangis yang memilukan. Kesenangan akan berganti dengan kesusahan, jika Tuhan berkehendak demikian.

Peristiwa yang hampir memiliki kesamaan juga terlihat dalam Sitti Nurbaya. Peristiwa terpaksa kawinnya Sitti Nurbaya dengan Datuk Maringgih sebagai wujud ketaatan dan kasih sayangnya pada orang tua. Kesediaan Sitti Nurbaya menerima laki-laki yang lebih pantas menjadi ayahnya itu sebagai suaminya diiringi oleh keyakinan Nurbaya bahwa di balik semua peristiwa yang menimpa dirinya ada suatu hikmah yang bisa dipetiknya. Ia sangat yakin bahwa tidak selamanya manusia berada dalam kesusahan dan kemelaratan. Kesenangan hidup akan selalu diiringi dengan kesusahan. Keduanya akan selalu datang silih berganti. Nurbaya menyadari bahwa dalam keadaan sesenang apa pun manusia harus selalu waspada karena suatu waktu hal yang berlawanan pasti akan terjadi.

Aku yakin, bahwa tiap-tiap hujan akan diikuti oleh panas, tetapi tiap-tiap panas pun akan dituruti pula oleh hujan. Panas dan hujan saling berganti; itulah kehidupan fana dalam dunia ini. Panas selalu akan memersikkan sekalian yang hidup, dan akhirnya membawa kematian. Hujan akan selalu menimbulkan air bah, yang akan menghanyutkan sekalian yang hidup dan

74