Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pada pendirian, keras hati, kuat menjaga harga diri, pantang mengemis dan direndahkan, tahan menerima cobaan hidup, serta berani menerima akibat dari perbuatannya. Hal itu identik dengan kejantanan mental yang pada umumnya dimiliki oleh kaum laki-laki. Gambaran tokoh seperti yang telah diuraikan sebelumnya merupakan refleksi alam pikiran laki- laki karena pada kenyataannya novel berlatar Minangkabau kebanyakan merupakan ciptaan pengarang laki-laki.

Dari sepuluh novel yang menjadi data penelitian ini. hanya satu novel, yaitu Kalau Tak Untung yang dilahirkan oleh pengarang wanita. Jadi, tidak dapat dimungkiri bahwa novel-novel tersebut dipengaruhi oleh alam pikiran laki-laki. Alam pikiran tersebut menjiwai hampir seluruh aspek novel tersebut, baik dari segi alur maupun dalam penggambaran karakter dari tokoh-tokohnya. Wujud dari sikap kelaki-lakian adalah lahirnya sikap kejantanan mental sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, juga terlihat gambaran kejantanan biologis yang identik dengan gambaran tokoh yang memiliki tubuh yang besar dan tegap serta disukai oleh kaum wanita.

Setelah melakukan analisis, dapat diklasifikasi bahwa hampir semua novel yang menjadi data penelitian ini memperlihatkan tokoh yang memiliki kejantanan mental. Tokoh yang memiliki kejantanan mental itu terlihat paling menonjol, jika dibandingkan dengan kejantanan biologis Hanya ada beberapa novel yang memperlihatkan adanya penggambaran tokoh yang memiliki kejantanan biologis. Novel lainnya cenderung lebih mengutamakan gambaran kejantanan mental dari tokoh yang ditampilkan.

Meskipun konsep kejantanan biologis minim sekali terdapat dalam novel berlatar Minangkabau periode 1920 — 1940, unsur tersebut tetap hadir mendampingi konsep kejantanan mental tokohnya. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan orang Minangkabau melatarbelakangi terciptanya novel tersebut. Kehidupan orang Minang yang demokratis, yang hidup dalam pertentangan yang tidak saling melenyapkan, hidup dalam keselarasan dari pertentangan

42