Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/188

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sebab merasa sebagai seorang bangsawan yang harus dimuliakan orang. Akan tetapi, ia sendiri tidak mampu memuliakan orang lain. Segala macam kepandaian yang ia dapatkan semasa ia sekolah dulu digunakannya hanya untuk kepentingannya sendiri, yaitu untuk membusungkan dadanya dan membanggakan dirinya bahwa ia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada anggota masyarakat lainnya.

Gambaran perilaku tokoh yang tidak jauh berbeda dari Saniah juga terlihat dalam Pertemuan. Chamisah, istri pilihan ayah dan mamak Masri, ternyata memiliki perilaku yang sama sekali tidak sesuai dengan harapan Masri. Walaupun mempunyai wajah yang cantik, tabiatnya sangat buruk. Ia juga malas dan tidak pernah mau melakukan perkerjaan yang layaknya dikerjakan oleh seorang istri. Setiap hari kerjanya hanya bermalas-malasan. Kalau pun ia mau melayani suaminya, itu pun dilakukannya sambil menggerutu. Kebusukan hatinya jugalah yang akhirnya mencelakai Masri dan hampir merenggut nyawa Laki-laki malang itu.

Mariatun dalam Merantau ke Deli juga berperilaku kurang lebih sama dengan Chamisah. Istri kedua Leman, yang dianggapnya sebagai wujud pembuktian dirinya sebagai laki- laki Minang, ternyata hanya bisa menyusahkan kehidupannya saja. Tidak seper ti Poniem yang selalu bekerja keras setiap hari membantu Suaminya, Mariatun meng-habiskan hari-harinya dengan bersolek. Dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan perempuan yang seharusnya dikerjakannya. Semuanya dikerjakan oleh Poniem. Saat suaminya mengalami persoalan dalam perniagaannya, Mariatun sama sekali tidak mau membantu meringankan beban suaminya. Menurutnya, semua beban kehidupan rumah tangga suaminyalah yang harus memikulnya Tugasnya hanya melayani suami dan memberikan mereka anak yang akan meneruskan keturunannya.

Konsep kejantanan biologis dan kejantanan mental, baik yang terlihat pada tokoh laki-laki maupun pada tokoh perempuan, sesuai dengan konsepkultural Minangkabau.

Alam pikiran Minangkabau bersifat demokratis. Oleh sebab

176