Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/175

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mereka itu sudah banyak yang diketahuinya, bahkan banyak pula yang sudah ditiru dan dipakainya. Oleh sebab itu ia pun hampir lupa akan adat-istiadat nenek movangnya sendiri. Karena sangat kasih-sayang kepada Asnah dan karena sangat suka akan perempuan itu, hampir dipeluk dan diciumnya pula adiknya itu. Untung Asnah, walaupun sukacitanya ketika itu lebih agaknya daripada Asri, masih ingat akan kesopanan dan adatnya (Iskandar, 2003:32).

utipan di atas memperlihatkan perilaku Asri dalam pergaulan yang sudah dipengaruhi oleh tata cara barat. Ia begitu bersuka hati ketika bertemu dengan saudara yang dikasihinya sesudah beberapa tahun lamanya tidak berjumpa. Sebagai kaum muda yang sudah mendapatkan pendidikan barat dan sudah terbiasa dengan kebudayaan dan tata cara barat, Asri melupakan tata krama dan budaya timur. Asri telah melupakan adatnya yang selama ini ia junjung tinggi dan pedomani dengan teguh. Tingkah faku Asri tidak sesuai lagi dengan adat dan budaya negerinya. Adat dan budaya negeri yang selama ini dipegang teguh oleh Asri dianggap kuno dan berusaha agar adat itu bisa hilang dalam kehidupan dirinya dan kehidupan keluarganya.

Sikap itu jugalah yang menjadi salah satu pendorong tindakan Masri yang tidak mau tinggal di rumah istrinya setelah pernikahan mereka. Lazimnya dalam sistem perkawinan eksogami laki-laki Minang setelah menikah tinggal di rumah istrinya sebagai orang semenda dan mengikuti tata Cara di rumah tersebut. Namun, Asri malah menyimpang dari kebiasan itu. Ia memilih memboyong istrinya ke rumah ibunya. Selain itu, ketakutannya terhadap tata cara adat dan kebiasaan di rumah istrinya vang belum tentu sesuai dengan pandangannya, mendorongnya untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku menurut alat negerinya.


163