Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/166

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Karena Mentua. Tokoh Marah Adil digambarkan sebagai laki-laki yang memiliki tubuh yang besar, berbadan kekar, dan kuat bekerja. Tubuhnya yang besar semakin jantan dalam balutan kulit yang hampir setiap hari terkena sengatan matahari.

Yang dapat dipastikan hanyalah badannya amat tegap dan kukuh, matanya tajam berkilat-kilat dan memandang tenang-tenang kepada sebuah danau buruk (Iskandar, 2002:1).


Yang paling menonjol dalam novel berlatar Minang-kabau adalah kejantanan mental. Hal tersebut terlihat dihampir semua novel. Kejantanan mental tokoh di dalam novel tersebut berkisar pada sikap keras kepala dan menjaga harga diri di satu pihak, tetapi tetap bersedia menerima si malakama di pihak lain. Kesediaan dan keberanian tokoh, seperti Samsul Bahri, Asri, Masri, dan Marah Adil menerima buah si malakama memperlihatkan konsep kejantanan mental tersebut. Data tentang itu terungkap di dalam pembicaraan mengenai alur.


Pada novel Karena Mentua, sikap yang ingin mempertahankan harga diri, ingin mengubah nasib, serta tuntutan akan perlunya kemauan yang keras dalam hidup terungkap dalam kutipan berikut.


Ia tak berapa lebih tua daripadaku ini, barangkali kami sebaya. Akan tetapi aku, tinggal melarat seperti ini, jadi orang pesawah, pasak kampung. Kalau kucoba pula mengubah-ngubah pelangkahan (Iskandar: 2002:11).

Di tengah jalan tak lain yang dipikirkannya, melainkan percakapan di surau itu juga. Hatinya suslah terhadap ke Lampung, angan-angannya sudah ke galas. Makin lama makin cepat langkahnya, seakan-akan digerakkan oleh cita- cita yang indah mulia di dalam masa yang akan datang.... Seolah-olah ia sudah terbang di atas awang-awang dibawa angan-angan dan pikiran154