Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/139

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

muannya dengan anak kakak angkatnya yang kemudian dijadikannya istri. Setelah melalui pengalaman pahit, walaupun tokohnya tidak sampai mati, akhirnya paham kaum muda menang juga dalam menentang paham tua yang ingin memaksa anak kemenakan kawin atas kehendaknya.

“Kehendak kami sudah ananda turut, sehingga ananda hampir mengurbankan nyawa anada. Apa boleh buat, karena sudah salahnya sendiri Charnisah ananda ceraikan. Kini supaya senang hati ananda kawinlah dengan siapa yang ananda sukai, asal orang Islam, tetapi seboleh-bolehnya lebih baik juga orang Minangkabau kita.” (Pamuntjak: 1961:99)

Di dalam Sengsara Membawa Nikmat, Midun yang pada awal cerita bertemu dengan Halimah dalam keadaan yang tidak menguntungkan, pada bagian akhir cerita dipertemukan lagi dengan Halimah sebagai istrinya. Nurdin, dalam Darah Muda, di awal cerita dipertemukan dengan Rukmini di atas kapal, ketika akan pulang ke kampung halaman. Ia tidak menyangka bahwa pada akhir cerita ia akan dipertemukan kembali dengan gadis yang dicintainya pada pandangan Pertama itu sebagai istrinya.

Pada awal cerita Merantau ke Deli, Leman dan Poniem disatukan dalam bentuk perkawinan, sedangkan pada akhir Cerita mereka dipisahkan oleh konflik yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangganya. Dalam Kalau Tak Untung, kebersamaan Masrul dan Rasmani pada awal cerita harus berakhir dengan perpisahan, setelah kematian Rasmani karena Mmenaggung beban cinta yang sangat berat.

4.2 Latar

Novel berlatar Minangkabau periode 1920 — 1940 memilki ciri khas tersendiri dalam latarnya. Tidak seperti novel lainnya dalam sastra Indonesia yang telah membuahkan anyak inovasi, seperti lahirnya novel surcalistik Wan absurd, novel berlatar Minangkabau tidak mengikuti gaya penulisan

127