Halaman:Kalimantan.pdf/416

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Nama Kutai diberikan atau disebut dengan sebutan Tionghoa dengan Kho Thay, jaitu suatu Keradjaan jang besar dipulau Kalimantan. Tetapi nama Kalimantan dalam zaman Salendera, jaitu Naladwipa jang masih disebut Pudjangga dalam bahasa Kutai kuno. Kekuasaan radja Salendera hingga abad ke- 16, sebenarnja sudah musnah dalam pertengahan abad ketiga . Menurut sepandjang riwajat keturunan Maharadja Salendera Radjendera Warman Dewa mempunjai tiga orang anak, jaitu Maharadja Mulawarman, Seriwarman dan Marawidjaja Warman, sedang keturunannja jang bernama Singa Wargala Warman Dewa mempunjai pula tiga orang anak.

Ketjuali anaknja jang sulung dan jang kedua masing-masing mendjadi radja dalam Keradjaan Sriwidjaja dan Djawa, maka anaknja jang bungsu jang bernama Maharadja Tjendera Warman mendjadi radja pada Keradjaan Kutai Martapura. Dalam abad kedelapan bagian dari Keradjaan ini selalu mendapat serangan dari radja-radja lain, dan karenanja kedudukan radja Kutai Martapura bertambah lemah. Dalam keadaan demikian itu, maka oleh golongan revolusioner dilakukan perebutan kekuasaan tidak berhasil-jang dilakukan oleh Adji Batara Agung Dewa Sakti, jang berhasil mendirikan keradjaan baru buat menjaingi keradjaan tersebut, jang diberinja nama Kutai Lama jang letaknja dikatjamatan Samarinda Seberang Kawedanan Kutai Timur, daerah Kalimantan Timur.

Radja dari Keradjaan Kutai Lama ini adalah keluarga dari Sendjaja, karena mengingat keturunannja, jaitu Adji jang berarti ilmu. Besar kemungkinan radja Kutai Lama berasal keturunan Adji Soko dari Djawa. Karena kekuasaan keluarga Salendera sudah punah, hilang tenggelam dilautan Samudra Raja, maka kesempatan jang terbuka itu dipergunakan oleh keluarga Sendjaja untuk membalas dendam terhadap radja Salendera diseluruh Nusantara, sebagai pembalasan Prabu Sendjaja jang di Medang Kemulan sampai pindah ke Djawa Timur, mendirikan Keradjaan Mataram ketiga.

Tetapi agaknja dalam Keradjaan Salendera di Kutai Martapura tidak pula ketinggalan dalam perhatian radja-radja keluarga sendiri, maka dengan demikian lalu mendirikan keradjaan keluarga Sendjaja di Kutai Lama, dan sebagai radja jang pertama menduduki tachta keradjaan ialah Adji Batara Agung Dewa Sakti. Djika diperhatikan letak tempat kedua pusat kerajaan itu, nampak djelas betapa pentingnja kedudukan keradjaan Sendjaja di Kalimantan pada ketika itu. Sedang letak keradjaan Salendera di Kutai Lama agak masuk kedalam sungai Mahakam dewasa ini.

Djadi teranglah dengan siasat pengepungan oleh kerajaan Kutai Lama, maka keradjaan Kutai Martapura tidak dapat lagi mengatur perhubungannja dengan djalan lautan pada kerajaan Tiongkok, Kembodja dan Sriwidjaja. Dengan siasat blokkade keradjaan Martapura sudah tidak berkuasa lagi. Lebih dalam achir abad ketiga-belas terdjadi peperangan jang pertama antara keradjaan Martapura dengan keradjaan Kutai Lama, dan dalam peperangan tersebut, radja Martapura terpaksa menjerah kalah, karena radjanja Maharadja Seri Langka Dewa bersama puteranja Guna Perana Tungga gugur.

Dalam peperangan itu pula seorang puteri keluarga Salendera, Perwati Dewi, jaitu putera dari Maharadja Guna Perana Tungga dilarikan oleh radja Kutai ke

412