Halaman:Kalimantan.pdf/414

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pada permulaan tahun 1915 serombongan patroli tentera Belanda datang dibagian Pasir Hulu, menangkap seekor kerbau -luku kepunjaan rakjat dan dipotongnja dengan tidak memberikan pengganti kerugian, maka oleh jang empunja kerbau itu dilaporkan kepada Sultan Ibrahim, akan tetapi oleh karena Sultan tersebut tidak berkuasa lagi , maka Sultan menjampaikan protes kedjadian itu pada pihak Belanda. Oleh karena Sultan Ibrahim Chaliluddin memandang kedjadian ini suatu perkosaan terhadap rakjat dan bertentangan dengan hukum Islam, maka diperintahkannja kepada jang empunja kerbau itu, untuk datang pada Pangeran Singa Maulana di Modang - Pasir Utara - guna meminta pertolongan dan mengatur perlawanan terhadap tentera Belanda jang ada di Tanah Grogot.

Demikianlah pada bulan Djuli 1915 Pangeran Singa Maulana memulai serangannja terhadap tangsi pertahanan Belanda di Tanah Grogot jang membikin korban tidak sedikit. Sementara itu Sultan senantiasa mempertundjukkan sikap pura-pura baik terhadap tentera Belanda dan ada kalanja memberi bantuan, akan tetapi disamping itu selaku Presiden dari Sarikat Islam meninstruksikan pada segenap anggauta S.I. untuk mengadakan perang djihad terhadap Belanda.

Perang Pasir melawan Belanda berdjalan selama 1½ tahun atau jang dikenal dengan pemberontakan S.I. jang langsung dibawah pimpinan Sultan Ibrahim sendiri jang dapat bantuan dari permaisurinja jang bernama Dajang Ringgong. Dalam pemberontakan S.I. di Pasir itu tidak sedikit Belanda menderita kerugian, karena dalam seminggu kira -kira 1 gerobak sepatu Belanda jang diangkut kembali dari pedalaman ke Tanah Grogot. Terlebih lagi hebatnja pertempuran antara rakjat Pasir dengan Belanda dikala Pasir mendapat bantuan dari orang-orang Bandjar dari Hulu Sungai. Dalam perang Pasir ini, terkenal beberapa orang pahlawan jang sangat ditakuti oleh pihak Belanda, jaitu selain dari Pangeran Singa Maulana djuga terkenal nama-nama Panglima Sentik, Panglima Sebaja dan lain-lain jang senantiasa tidak merasa takut-takut dan ngeri menjerbu tentera Belanda, walaupun hanja dengan Mandau terhunus.

Tetapi pada achir tahun 1916 ditengah malam buta, istana Sultan Ibrahim Chaliluddin dikepung oleh sedjumlah tentera Belanda dan memaksa Sultan dan keluarganja keluar dari istana dan diangkut dengan kapal perang dari Benua ke Tanah Grogot, begitu pula sedjumlah keluarga Radja jang ditjurigai masuk komplotan Sultan dan beberapa orang pengurus S.I. ditangkap.

* * *

Keradjaan Kutai.

Dalam riwajat Keradjaan Kutai jang watu itu lazim disebut Keradjaan Martapura, menurut sepandjang tjeritanja jang turun-temurun telah terdjadi suatu peperangan antara Petali Putera dengan Kalingga seorang Bangsa Keling ditanah India. Dalam peperangan itu Maharadja Kalingga menjerah kalah, sehingga diantara putera-puteranja lari meninggalkan negerinja, dan membuat negeri pula di Kota Perak, jang kemudian negeri itu disebut negeri Gemilang Katja. Radjanja jang pertama ialah Maharadja Selendera Radjendera Warman.

Keradjaan Kota Perak ini ada kemungkinannja terletak di Semenanjung Melaju, mengingat nama negeri itu Kota Perak, Keturunan radja tersebut, ialah

410