Halaman:Kalimantan.pdf/408

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sekolah ini dirobah mendjadi H.I.S. Dalam tahun 1916 Sultan mendirikan lagi sebuah sekolah jang berdasarkan agama Islam dengan belandjanja sendiri bernama Madrasahtu'l Sulthaniah.

Karena sifatnja jang amat dermawan banjaklah pekerdjaan jang dibangunkannja untuk kemadjuan, kemakmuran negeri dan mendjadi kesenangan bagi rakjatnja dalam segala lapangan usaha untuk mentjahari mata penghidupan, antara lain, diperintahkan kepada rakjat menggali beberapa terusan dan saluran air ialah misalnja terusan-terusan: Kartiasa, Sebangkau, Simpalik, Semangau, Sagu, Parit Baru, Parit Sebuk, dan lain-lainnja. Setelah terusan-terusan dan parit-parit itu siap dikerdjakan, kemudian dikerahkannja supaja dikiri dan kanan dari terusan-terusan dan parit-parit itu diusahakan dengan tanaman jang mendatangkan hasil bagi penghidupan rakjat. Dalam tahun 1918 — 1923 Sultan perintahkan membuat djalan-djalan dalam kota dan djalan-djalan diluar kota Sambas, jaitu djalan dari Sambas ke Pemangkat, Singkawang, Bengkajang dan lain-lainnja. Belum pernah seorang Sultan dalam keradjaan Sambas jang dapat menjamainja, baik tentang adil dan murahnja dan maupun tentang lamanja memerintah negeri. Siapa sadja jang datang menjatakan kesukarannja padanja, tidak pernah pulang dengan tangan hampa, beginilah Radja jang bersifat Radja. Untuk mendjadi kenjataan pada masa ini menurut riwajat, ialah hasil dari perdjuangan Sultan Muhamad Sjafiuddin II dan lain-lainnja jang masa itu sebagai lambang kemegahan Keradjaan Sambas. Sifatnja suka akan perubahan dan sifat inilah pula lebih mendekatkannja dengan rakjat. Bilamana ada waktu jang terluang, seringkali ia melakukan darmawisata ke Pegong Sebedang, tempat pemandian, pada waktu terlepas dari segala fikiran jang memberatkan penanggungan hidup dan menghanjutkan dirinja dalam arus perasaan jang nikmat, karena disana ada diperbuatnja suatu tempat peristirahatan jang indah permai dan sehat bagi kaum keluarganja.

Sultan Sambas seorang radja jang senantiasa menudju kearah kemadjuan negeri dan rakjatnja, banjak kemurahan jang dilimpahkan kepada masjarakat umum. Anak dagang dan rakjat tidak dibeda-bedakannja, baik kepada orang jang hina dina sekalipun. Sedjak ia mengendalikan negerinja hingga sampai dimasa ia meletakkan djabatannja, karena telah landjut usianja, tidak berhenti mentjahari daja upaja untuk memadjukan dan memakmurkan negeri dan rakjatnja, baik dalam perkara dunia maupun achirat. Sultan Muhamad Sjafiuddin II dengan isterinja jang bernama Ratu Anom Kusuma Ningrat memperoleh putera bernama Raden Achmad Raden Busu dengan isterinja entjik Nana atau Mas Sultan ada mendapat putera jang bernama Muhamad Arya Diningrat setelah Raden Achmad tersebut sampai umurnja, ia diangkat dan digelar Pangeran Adipati serta ditentukan sebagai Putera Mahkota.

Berhubung dengan mangkatnja Putera Mahkota dan masih ketjilnja Raden Mohamad Mulia Ibrahim, Pangeran Ratu Nata Widjaja, sedang Sultan Mohamad Sjafiuddin II telah landjut usianja, maka pada tanggal 4 Desember 1922 ia diangkat dan dinobatkan untuk penggantinja puteranja Raden Mohamad Arya Diningrat mendjadi wakil dengan gelaran Sultan Muhamad Ali Sjafiuddin II, dan saudaranja seajah Raden Muhamad Thajib mendjabat Pangeran Sri Maharadja. Sultan Muhamad Ali Sjafiuddin II dengan permaisurinja bernama Ratu Zohra, mendapat putera 2 orang, jaitu Raden Munziri Aria Diningrat dan

404