Halaman:Kalimantan.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KATA PENGANTAR.

PERANAN jang dilakukan „Putih” dan „Kuning" telah lewat. Satu hal kini telah njata sekali: Kita bukan figuranten lagi! Dulu diwaktu zaman pendjadjahan, Kalimantan itu adalah „Kambing Hitam" atau „Anak Tiri”. Tidak mengherankan. Setiap pendjadjahan barang tentu sadja dalam segala hal hanja memandang kearah kepentingan sendiri. Dengan demikian kaum modalnja hanja mengingat kepada semata-mata kepentingan ekonominja sadja. Berusaha didaerah-daerah luar Djawa dan Sumatera menurut perhitungan tidak sesuai dengan ekonomis motief. Terutama sekali disebabkan karena kekurangan tenaga manusia.

Berdasarakan atas pendirian itu, maka kemadjuan penduduk di Kalimantan sangat terbengkalai. Kalimantan, pulau jang terbesar di Indonesia merupakan Ksatrya Kumbakarna sedang njenjak tidur bertapa. Kini raksasa itu terbangunkan oleh suara riuh rendah „Merdeka.......... Merdeka,......... Merdeka!" Disertai oleh dentuman senapan, mortir dan granat jang gegap gempita. Ditambah pula dengan gelegar meriam dan bom jang sangat dahsjat. Sang Kumbakarna sebagai pahlawan sedjati tak sudi ketinggalan ikut serta berdjuang untuk kemuliaan negaranja.

Bumi beredar, zaman beralih! Anak tiri Kalimantan jang dahulu hampir tak pernah disebut-sebut itu, kini mulai mendjadi buah bibir. Dalam persurat-kabaran seringkali Kalimantan didjadikan „headlines”! Djika dahulu hanja dikenal nama sadja, dewasa ini dikundjungi oleh pembesar-pembesar dari pusat, para Menteri, bahkan djuga oleh Wakil Presidennja, dan ......... Presidennja sendiri! Selain itu tamu-tamu dari luar negeripun tidak suka ketinggalan „bis". Tak putus-putus kedatangan mereka itu. Ada jang dari Amerika, ada jang dari Inggeris, ada jang ingin mendjual tractornja, buldozernja, mesin ininja dan mesin itunja. Dengan singkat Kalimantan bukan lagi „terra incognita" dan ia mulai menarik perhatian dalam dan luar negeri!

Telah menjadi urgensi-program Pemerintah untuk memikirkan nasib seluruh daerahnja. Lebih-lebih lagi djika dipandang dari sudut politik penambahan bahan makanan jang kini sedang merupakan focus perhatian Pemerintah kita.

Politik Pemerintah djadjahan dan politik Pemerintah nasional bagaikan bumi dengan langit perbedaannja! Jang pertama didasarkan untuk menarik keuntungan sebesar-besarnja bagi pendjadjah, dan jang kedua menudju kepada keadilan dan kesedjahteraan sosial bagi rakjatnja .

13