Halaman:Kalimantan.pdf/165

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

didaerah itu tidak terdapat penjaluran air. Untuk membangunkan alat-alat perhubungan di Kalimantan, maka djalan jang harus dilalui ialah menjempurnakan perhubungan sungai, atau perhubungan pantai buat mengangkut segala matjam hasil bumi dan laut kedaerah jang membutuhkannja.

Oleh karena itu soal perdagangan dan perekonomian djuga sebenarnja tidak dapat dilepaskan dari soal betapa pentingnja kedudukan sungai-sungai sebagai „djalan raja” jang memperhubungkan antara satu dan lain daerah dengan biaja jang tidak terlalu mahal dan gampang dilakukan. Sudah barang tentu hal ini banjak sangkut-pautnja dengan kekajaan alam Kalimantan, baik jang terdapat dalam buminja, hutannja, maupun dalam sungai dan lautnja jang mendatangkan hasil tidak ketjil artinja bagi perkembangan ekonomi rakjat. Hutannja mengeluarkan berbagai matjam kaju, a.l. kaju besi jang besar-besar dan jang dapat dipergunakan untuk membikin kapal-kapal, perahu, rumah dan lain-lain seperti balok untuk djalan kereta-api dan lain sebagainja. Hasil hutan lain-lainnja ialah: Karet, kopra, rotan, damar. Selain itu pertambangan orang batu, mas, intan dan mangaan. Demikian djuga sungainja jang penuh berton-ton ikan jang dihasilkannja, pada hakekatnja dapat memperkuat kedudukan ekonomi jang dibutuhkan oleh segenap negeri.

Dalam masa pendudukan Djepang, mereka melihat kemungkinan-kemungkinan untuk melantjarkan perhubungan perdagangan, dan oleh karena itu mereka telah mendirikan suatu maskapai Perkapalan, seperti Konan Kaigun Kabushiki Kaisha, Harima dan sebagainja jang telah membikin kapal-kapal jang bahannja dari kaju-kaju, sebagai alat perhubungan jang tidak sadja dilakukan antara daerahdaerah di Kalimantan, melainkan djuga dipergunakan untuk mengangkut keperluan sehari-hari dari Kalimantan ke Djawa, Sulawesi dan Philipina, bahkan djuga sampai ke Djepang.

Usaha jang didjalankan Djepang tersebut adalah sekedar untuk melandjutkan usaha-usaha jang telah dikerdjakan oleh pemerintah Hindia-Belanda dahulu, jang gagal pelaksanaannja karena peperangan. Sekalipun demikian usaha Belanda dahulu jang dikerdjakan untuk memperbaiki perhubungan jang dimulai sedjak tahun 1936, hanja chusus dalam daerah Kalimantan Selatan sadja, jaitu djarak antara Bandjarmasin — Hulu Sungai sedjauh kurang lebih 290 KM, dan Bandjarmasin — Pleihari 130 KM, sedang dalam bagian Kalimantan Barat jang djalannja Sambas 225 KM, Pontianak seluruhnja tidak sempurna, jaitu antara Pontianak — Sintang 400 KM. Daerah Kalimantan Barat dan Selatan nampaknja masih beruntung, apabila dibandingkan dengan perhubungan darat di Kalimantan Timur jang tidak ada sama sekali. Daerah-daerah ini lebih tepat dikatakan sebagai pulau-pulau ketjil sadja, jang tidak ada perhubungan daratnja, misalnja Balikpapan, Samarinda, dan Tarakan, satu dan lainnja tidak dapat dihubungkan, ketjuali melalui djalan air.

Petjahnja perang dunia kedua jang lalu, pada hakekatnja mendorong bagi pemerintah Hindia-Belanda untuk lebih memperhatikan soal perhubungan darat, jaitu akan membikin djalan darat jang sekiranja dapat menemukan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, jang semata-mata digunakan untuk kepentingan pertahanan militernja. Pekerdjaan itu dimulai sedjak tahun 1937 dengan setjara besar-besaran, jaitu dalam rangkaian perhubungan-perhubungan antara Bandjarmasin — Balikpapan — Loa Djanan dan seterusnja ke Samarinda, karena

161


(685/B) 11