Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/89

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Ceramah panjang yang membosankan itu tidak akan ada hentinya sampai suara Mama serak karena sudah bicara terlalu lama.

Aku Dan semua itu berakhir dengan aku sebagai pemenang akan mendapatkan apa yang aku inginkan.

Ini bulan pertamaku di SMA. Pada awalnya aku sama sekali tidak bisa menerima kenyataan kalau aku bersekolah di tempat yang tidak sama dengan sekolah kakakku. Tiga kakakku terdahulu bersekolah di yayasan yang sama selama tiga belas tahun pendidikan mereka, sedangkan aku? Aku tiba- tiba didaftarkan ke sekolah yang selama ini, bahkan tidak kuketahui keberadaannya.

Akhirnya, aku bisa menerima juga, sih, karena aku merasa ini saatnya aku ganti suasana, berganti pemandangan. Selama kurang lebih sembilan tahun aku bersekolah di gedung yang nyaris berdekatan dalam satu komunitas yang sama, dengan teman-teman yang sama juga. Dan sekarang aku mendapat teman baru dan dunia baru.

Pelajaran berakhir ketika bel berbunyi dan tanpa penutup apa-apa semua anak di kelasku langsung berhamburan keluar. Aku sudah mulai terbiasa dengan hal ini.

Tadi, aku sudah berencana untuk pergi jalan-jalan dengan Dian, teman sebangkuku sepulang sekolah.

"Wah..., ini lucu sekali," kataku menunjuk sebuah mainan kunci yang tergantung di sebuah toko. Aku mengambil gantungan kunci yang berupa boneka itu.

"Harganya berapa?" tanyaku kepada pelayan toko.

"Itu..., sepuluh ribu," katanya.

"Tolong dibungkus, ya," aku memberikan sebuah lembaran lima puluh ribu kepadanya.

"Nggak ditawar dulu?" Dian menyikutku. "Itu kan kemahalan?"

"Tawar?" kataku sambil memandang Dian

"Cari kerja aja."

"Lagian, memangnya kamu perlu?"

Aku hanya angkat bahu dan menarik Dian pergi secepatnya dari tempat itu dan melihat-lihat lagi.

"Kamu nggak mau beli apa-apa, Yan?" tanyaku kepada Dian saat kami sedang berada di toko aksesoris.

77