Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/151

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dari S.I. lokaal menghimpun keluhan² jang bersifat politik mengenai kepentingan materil rakjat seperti soal upah, sewa tanah, hak penduduk pada tanah-swasta, artikel 111 R.R., hak suara kaum Bumiputera, dls., kesemuanja merupakan keinginan politik praktis. Dengan demikian menonjol kedepan tendens S.I. jang anti-kolonial, radikal serta demokratis.

 Dalam membitjarakan gerakan politik tidak dapat dilampaui organisasi jang sedjak saat pembentukannja mempunjai pendirian politik, ialah Indische Partij. I. P. adalah perkumpulan politik jang didirikan atas initiatief Douwes Dekker, journalist jang terkenal dikalangan B.O. sebagai orang jang progressief. Sebagai sjarat untuk mendjadi anggauta ialah pengakuan Indonesia sebagai tanah air. Aksinja politik bertjorak radikal, melawan exploitasi kolonial dan kekuasaan konservatif, memberantas rasdiskriminasi serta melakukan oposisi revolusioner terhadap kekuasaan Belanda. Sembojannja ialah: „Indië voor Indiërs”. Hasrat kepada aksi politik radikal sangat besar muka banjak menarik bangsa Indonesia. a.l. dokter Tjipto Mangoenkoesoemo. Bukankah beliau jang telah mentjita-tjitakan aksi politik dalam B.O jang terbuka bagi seluruh bangsa Indonesia?

 Baiklah sebagai penutup kata sekarang diuraikan setjara singkat riwajat hidup tokoh pergerakan politik ini.

 Dokter Tjipto dilahirkan sebagai putera sulung dari tuan Mangoenkoesoemo, guru kepala pada H.I.S. di Herenstraat Semarang. Menurut keterangan orang tuanja semasa kanak², Tjipto sudah menundjukkan watak jang berkobar-kobar, melakukan perbuatan nakal, tetapi tjerdas dan bersifat kesatrija.

 Sebagai siswa di Stovia selalu termasuk golongan jang terbaik, hanja karena sifatnja sering terdjadi bentrokan dengan suppoost, papa Jenae, maka tidak mengherankan kalau Tjipto djuga pernah meringkuk di „kamar tikus” selama 5 hari, hukuman maksimum di asrama itu.

 Kemudian sebagai dokter dimana-mana djuga menimbulkan konflik: sebagai dokter di Glodok dengan kepalanja Dr Godefroy, di Amuntai dengan assistent-resident dan kemudian di Demak dengan Pangeran Hadiningrat dan Dr Terburg. Sebabnja ialah karena beliau mempunjai pendirian jang tegas dan radikal. Beliau tidak menghiraukan adat kolot dan mengendarai kereta-nja melalui aloon² dimuka kabupaten, hal mana menimbulkan kehebohan dikalangan golongan konservatif jang menganggap perbuatan itu „kurang adjar” dan „keterlaluan”. Dalam perselisihan pendapat dengan dokter Terburg, dokter Tjipto mempertahankan tambahan tundjangan bagi pegawai pembrantas Malaria. Pada tahun 1911 timbul wabah pes di daerah Malang dan baik Pemerintah maupun rakjat ketjewa terhadap sikap beberapa orang dokter Indonesia waktu itu. Malahan ada tjemooh, bahwa dokter Djawa itu pengetjut. Hal ini mendjadi tantangan hebat bagi dokter Tjipto; segera dikirimnja kawat dengan permintaan untuk masuk dinas pemerintah lagi dan ditempatkan di daerah wabah; tawaran ini diterima dengan kedua tangan oleh Pemerintah. Karena djasanja tidak hanja diterimanja bintang Oranje Nassau Orde, tetapi telah menghapuskan noda pada nama korps dokter Djawa waktu itu.

 Sebagai redaktur „de Express” beliau terlibat dalam perkara Suardhy Suryaningrat karena tulisannja „Als ik Nederlander was ..... ” Mereka berdua bersama dengan Douwes Dekker mengalami pembuangan, semula di Banda, Bangka dan Timor tetapi kemudian tritunggal diperbolehkan pergi ke Negeri Belanda. Disana dokter Tjipto mengikuti kuliah untuk Europeesche Arts tetapi karena terganggu kesehatannja terpaksa kembali ke Indonesia pada tahun 1914. Kegiatan beliau lalu ada dilapangan