Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/148

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Eropah dan Indonesia terhadap S.I. dis. Disamping mengemukakan keadaan buruk, djuga keinginan2 politik, protes terhadap perlakuan rakjat jang tidak baik. Meskipun sering tidak bersifat konstruktif, tetapi kesemuanja itu telah menundjukkan perhatian kepada kepentingan umum.

 Ada kesadaran bahwa rakjat tidak mendapat apa jang mendjadi haknja. Kesadaran itu berkembang terus dan gerakan tidak mungkin dihentikan. Kebutuhan mendjadi tuntutan untuk perubahan dan perbaikan nasib. S.I. dengan agama Islam sebagai alat pengikat organisasi adalah faktor jang sangat penting, jang memberi tempat perlindungan, mentjari kekuatan dan memperhebat kesadaran nasional.

V. FASE POLITIK DALAM PERGERAKAN NASIONAL


 Dalam mengikuti proses perkembangan masjarakat Indonesia selama satu setengah dasawarsa dalam abad ke-XX telah tampak kepada kita perubahan mentalitet bangsa Iudonesia. Pada awal abad ini dikatakan oleh bangsa Barat, bahwa bangsa Indonesia masih bersikap "ke-budak-budak-an" jang latent sebagai pernjataan rasa hormat dan taat kepada atasan, lagi pula memiliki sifat serba pasip, masa bodoh, indolent, serba menjerah. Fisis dan psichis dianggapoja kurang mempunjai kemampuan bertahan, sehingga itu mendjadi sebab mengapa mengalami kekalahan dan terdesak dalam persaingan dengan bangsa lain. Sistim feodal dengan segala conservatismenja telah membentuk sifat itu sebagai jang utama dan perlu dimiliki oleh seorang pegawai atau prijaji jang sedjati.

 Dengan djelus diutarakan dalam sk. ,,de Locomotief" tahun 1915, bahwa seperti bangsa Timur sudah berlainan dengan waktu sebelum Perang Djepang-Rusia, maka Pak Kromo bukanlah lagi Pak Kromo sepuluh tahun sebelum itu. Kaum terpeladjar lebih banjak memperhatikan persoalan mengenai rakjatnja karena banjak membatja dari surat-kabar2, mulai memikirkan dan mem-bandingkan2. Timbul perasaan akan hakinja disamping kewadjibannja. Dilihatnja, bahwa sebenarnja pegawai adalah untuk rakjat dan tidak sebaliknja. Dorongan kearah aksi semakin kuat, sudah tidak lagi serba tunduk dan taut sadja dibawah tekanan pendjadjah.

 Timbul pengertian akan keperluan untuk mendjundjung deradjat penghidupan dari indolensi, dan membangkitkan energi, kekuatan sosial dan kesadaran diri untuk menudju ke kemadjuan sosial, kulturil dan ekonomis. Dalam djangka waktu kurang dari seperempat abad telah ada perubahan jang menjolok mata, dengan kekuatan sendiri telah bangkit kesadaran diri, kepertjajaan akan ketjakapan sendiri, mulai dirasakan dan diutarakan segala sesuatu jang mendjadi keluhan, keinginan dan pikirannja. Tidak karena paksaan tetapi karena terdorong oleh motif ekonomis dan sosial atau keinsjafan politik atau moril.

 Hal itu telah berlainan benar dengan pesimisme scorang sardjana Belanda jang mengatakan, bahwa kemadjuan bangsa Indonesia memerlukan karya ber-abad² dan lingkungannja merupakan penghalang bagi peradaban. Telah terbukti adanja tjita2 menudju kearah kemadjuan dan dinamik dalam memperdjuangkan nasib serta penghidupan rakjat. Njatalah adanja gedjala kebangkitan sosial, kemauan untuk madju. Semakin banjak kaum terpeladjar jang merasa dapat panggilan untuk membela kepentingan bangsa.

 Pergerakan sudah meluas, meresap kesegala lapisan dan tidak mungkin dibasmi lagi. Dinjatakan oleh Suardhy Surjaningrat, bahwa ,,perairan dalam di Indonesia jang lama tenang sadja, telah mulai bergerak dan telah mulai ada aliran jang tidak dapat ditahan lagi serta paling banjak hanja dapat disalurkan melalui dasar jang rata".