akan terjadi. Cerita tentang ayah tidak akan terbongkar, dan aku bisa melanjutkan cerita tentang ayah sampai akhir kepada teman-temanku. Detak jantungku semakin cepat, Pertanyaan Ika membuat serasa berlari begitu jauhnya. Menanti jawaban Ibu, serasa menungu segelas air saat aku sudah berlari.
Di kamar ini, seperti di dalam pengaditan. Aku sebagai tersangka, Ika sebagai saksi, dan ibu sebagai hakim yang menentukan apakah aku dihukum atau dibebaskan. Aku menyeka butiran keringat yang jatuh dikeningku. Menanti penantian yang sangat menentukan nasibku.
Ika bertanya lagi, hingga akhirnya [bu menjawab, “Ayah Icha, lagi keluar kota. Ada urusan mendadak, makanya Tante dan Icha ditinggal.”
Aku merasa getar suara ibu, menahan tangis. Tetapi apa maksud ibu menjawab begitu. Aku tak tahu. Di luar dugaan tidak tahan aku menahan rasa haru akan Ibuku. Aku ingin peluk dia. Aku akan bisikan ketelinga, “Terima kasih ibu.”
18