Lompat ke isi

Halaman:Hutan Pinus.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Berlapis-lapis kerutan di kening lelaki empat puluhan itu. la memaksa dirinya untuk menjelajahi ingatannya beberapa jam talu. Istrinya senang tak terkira. Setiap detik senyum mengembang di wajah perempuan itu. Sedari pintu rurnahnya diketuk pagi-pagt buta, sedari sosok yang ia sebut ayah itu tiba di rumahnya.

la kuatkan hatinya untuk mengatakan pada dirinya sendiri bahwa istrinya baik-baik saja. Istrinya yang sekarang, tak ubahnya dengan istrinya kemarin. la sadarkan pula dirinya bahwa ayah mertuanya yang tiba beberapa jam lafuitu adalah benar-benar ayah mertuanya.

Sampai kapan pun, suaminya tak akan pernah setuju dengan kebijakan istrinya itu. Meninggalkan putri kecilnya bersama ayah. Tindakan itu mungkin menjadi tindakan terbodoh yang pernah dilakukan istrinya. Sama saja dengan meninggalkan anaknya sendirian di rumah.


“Ma, hari ini kita tidak usah masuk kerja, ya. Hari int kan ayah baru datang,” ujarnya sembari tersenyum kepada istrinya.

Raut gembira itu kian tergambar jelas ci wajah istrinya. Tersenyum lebar ia seakan berterima kasih. Ucapan terima kasth yang tak terucap.

Senyum itu tak pernah terhapus sedikit pun dari wajahnya. Tak sekejap pun. Perempuan itu memapah ayahnya ke ruang makan untuk sarapan bersama. Didudukkannya ayah di kursi yang letaknya di antara kursinya dan anaknya. Gadis kecil itu tampak riang sekali. Tak beda dengan ibunya. Sedangkan suaminya, hanya menatap heran, mencoba percaya. Terkadang ia merasa bahwa istrinya itu kembali seusia anaknya.

Semangkuk bubur ayam kini sudah terhidang didepan mereka masing-masing, termasuk untuk ayahnya. Saling