Halaman:Hutan Pinus.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Bayi perempuan itu tumbuh kembang bersama ibunya. Terkadang juga bersama bapaknya. Bertiga. Bertiga saja sebelum Kamis pagi. Semasa langit masih kelam, ketika semua mata masih terpejam. Kamis itu, sayup-sayup terdengar sebuah ketukan. Ketukan itu bagai alam mimpi. Sekali ketukan itu pelan, lalu mengeras, mengencang. Seperti hentakan sepasang kaki, entah kaki siapa. Antara tidur dan jaga perempuan muda itu. Berkali-kali ia berbalik badan, ke kiri, ke kanan, miring, telentang, lalu menelungkup. Bermacam posisi tidurnya. Masih juga terdengar ketukan-ketukan itu.

Antara jaga dan tidur, bangkit perempuan itu dari tidumya. Menoleh ia sekali pada anak perempuan empat tahunnya itu lalu pada suaminya. Kemudian, berlalu ia. Diusap-usapnya kedua matanya. Mengintai-intai siapa yang ada di balik pintu rumahnya.

Tangan kirinya memutar-mutar kunci dan tangan kanannya meraba-raba gagang pintu. Antara jaga dan tidur dilihatnya sosok laki-laki renta. Laki-laki tua yang mengenakan kaos putih cabik-cabik, tak beralas kaki. Penglihatan perempuan itu menyapu seseorang yang ada di hadapannya kini. Menaik-menurun kedua bola matanya. Seakan tidak begitu percaya ia dengan apa yang terjadi kini. Lama ditatapnya rupa laki-laki tua itu sambil menganga. Seketika berlari kencang perempuan itu menuju kamarnya. Mengapa pula suaminya melihat laku istrinya itu. Perempuan itu membuka satu persatu lemari- lemari dan laci-laci yang ada. Tak sabar hendak menemukan sesuatu. Berkali-kali ia membuka dan menutup kembali laci dan lemari itu hingga ia menemukan sebuah gambar. Potret laki-laki muda berpakaian rapi, tampan. Berlari lagi perempuan itu menuju pintu. Sedetik diliriknya bapak tua itu, detik berikutnya diliriknya pula potret yang ia genggam erat di tangan kanannya. Diliriknya pula suaminya yang masih terheran--heran. Semakin